Proyek Kolam Retensi Pengendali Banjir Selesai, Ancaman Genangan Air Masih Mengintai

Selasa 04-02-2025,20:45 WIB
Reporter : Arief Pramono
Editor : Wawan Setiawan

KUDUS, diswayjateng.id - Proyek pengendalian banjir melalui sistem polder Kolam Retensi Jati telah menyelesaikan tahap pertamanya. Saat ini, lima unit pompa telah beroperasi penuh untuk mengurangi genangan air di sejumlah wilayah terdampak banjir. Namun, evaluasi terhadap efektivitas sistem ini masih terus dilakukan, terutama dalam menghadapi curah hujan tinggi.

Direksi Teknis Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Nizar Raharjo, mengungkapkan bahwa kolam retensi Jati mampu menampung hingga 25 ribu meter kubik air. "Kapasitas total pompa yang beroperasi terdiri dari tiga unit 1.500 liter per detik, dua unit 500 liter per detik, serta pompa lomper 50 liter per detik. Saat ini semua pompa telah berfungsi secara optimal," jelasnya.

Meski demikian, beberapa titik permukiman masih mengalami genangan air akibat elevasi tanah yang lebih rendah dibanding rencana muka air banjir. "Genangan ini terjadi di titik-titik terendah. Muka air banjir direncanakan berada di elevasi plus 5, sementara beberapa perumahan berada di bawahnya, sehingga masih ada genangan di lokasi tertentu," kata Nizar.

Tahap pertama proyek ini difokuskan pada wilayah Kota Kudus dan sekitarnya, termasuk Jati Wetan dan Jati Kulon. Sementara itu, tahap kedua akan memperluas jangkauan hingga ke Wates, Undaan, dan Karangkong. "Tahap dua masih dalam tahap kajian. Selain memperluas layanan, kami juga akan mengevaluasi kemungkinan penambahan pompa dan normalisasi sungai," ujarnya.

Nizar menambahkan bahwa sistem pompa otomatis akan bekerja lebih efektif setelah elevasi air mencapai dua meter. Namun, hujan dengan intensitas tinggi dalam beberapa pekan terakhir membuat sistem masih perlu penyempurnaan. "Kami terus melakukan evaluasi agar pompa bisa bekerja optimal, terutama dalam kondisi hujan ekstrem," imbuhnya.

Salah satu kendala utama dalam pengoperasian kolam retensi ini adalah tumpukan sampah yang menghambat aliran air. "Ada perbedaan tinggi hampir satu meter antara drainase dan kolam retensi, sehingga banyak sampah yang menyumbat. Pagi tadi, bersama masyarakat, kami melakukan pembersihan agar aliran air lebih lancar," katanya.

Di lokasi yang sama, Sekretaris Komisi C DPRD Kudus, Rochim Sutopo, menyoroti pentingnya edukasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. "Pintu pengendali air masih dipenuhi tumpukan sampah. Kami mengimbau masyarakat agar lebih selektif dalam membuang sampah supaya sistem ini bisa berjalan lebih efektif," ujarnya.

Rochim juga mengapresiasi langkah BBWS Pamali Juana dalam menyelesaikan tahap pertama proyek ini. "Anggaran hampir Rp370 miliar sudah digunakan untuk pengendalian banjir, dan hasilnya cukup baik. Namun, masih ada beberapa desa seperti Goleng dan Pasuruhan Lor yang masih tergenang. Kami akan mengusulkan agar tahap kedua segera direalisasikan," ungkapnya.

Ia juga menyoroti perlunya normalisasi Kaliwulan sepanjang 400 meter untuk mengurangi genangan air di beberapa desa, termasuk Gedo dan Jati Wetan. "Kami meminta BBWS untuk segera menangani proyek ini agar banjir bisa diminimalkan," tambahnya.

Rochim juga meminta pemerintah desa mengalokasikan dana desa untuk mendukung sistem drainase lingkungan. "Irigasi kecil sangat penting agar air bisa cepat masuk ke sungai dan kolam retensi. Tanpa penanganan ini, genangan akan terus terjadi," tegasnya.

Dengan selesainya tahap pertama kolam retensi Jati, diharapkan genangan air di wilayah Kota Kudus bisa berkurang secara signifikan. Sementara itu, rencana tahap kedua akan terus dikaji untuk memastikan sistem pengendalian banjir lebih luas dan efektif, mencakup wilayah Wates, Undaan, dan Karangkong.

Kategori :