Salah satu petani Mangkang Wetan, Khayat mengaku sangat terdampak, hingga sawahnya kekeringan dan tak bisa ditanami padi.
"Dampaknya karena tidak ada air jadi tidak bisa ditanami, kalau gagal panen kan bisa nanam tapi tidak bisa panen. Nah ini kan tidak bisa nanam," ujar Khayat.
Seharusnya, sawah milik Khayat seluas 2,5 hektar bisa ditanami dua kali dalam setahun. Namun karena dampak normalisasi sungai Beringin dirinya tak dapat menanam padi.
"Satu tahun seharusnya bisa dua kali tanam, itu kalau ada pengairan. Sejak ini dibangun (normalisasi sungai Beringin) kerugiannya bisa mencapai Rp 50juta permusim," kata dia.
Khayat mengaku ingin kementerian mencarikan solusi agar air bisa masuk dan mengairi sawahnya. "Kami inginnya agar air itu bisa masuk ke sawah. Selama ini kami pakai bendungan dari karung pasir, jadi kalau ada banjir hilang karungnya. Itu sebenarnya sejak dulu, tapi setelah pembangunan ini malah semakin parah," terangnya.
"Keinginan petani agar bisa dibuatkan bendungan permanen, supaya air bisa mengalir ke sawah. Setiap tahun kami bahkan mengeluarkan Rp 25 jutaan untuk membendung air pakai karung pasir agar air mengalir ke irigasi. Jadi petani urunan," sebutnya.
Tak hanya Kelompok Tani Margo Utomo Mangkang Wetan saja yang terdampak, kelompok tani lain di kelurahan Mangunharjo juga terdampak.
“Ini terdampak 40 hektar di Mangkang wetan, di Mangunharjo ada 40 hektar. Jadi fungsi sungai beringin ini untuk menanggulangi banjir dan mengairi sawah. Tapi pelebaran dari BBWS tidak berpikir untuk menyiramnya,” tutur dia.
Dia berharap menteri segera membuat bendungan permanen untuk mengairi sawah mereka. “Harapan kami dibuatkan bendungan, gak usah tinggi-tinggi yang penting udara bisa mengalir kesana,” kata Khayat.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebut, kunjungan Wamendagri kali ini merupakan rangkaian dari Rapat Koordinasi (Rakor) Pangan di Gradhika Semarang.
“Ini adalah rangkaian Rakor pangan yang dipimpin oleh pak Menko Pangan di Gradhika dan dihadiri oleh para Menteri dan Wamen di bawah Kemenko Pangan. Sebenarnya pak Menko pangan akan hadir di sini namun karena penerbangan mepet makanya hanya pak Wamen saja,” tuturnya.
Menurutnya, Wamendagri Bima Arya juga terkejut karena Kota Semarang yang merupakan perkotaan memiliki persawahan yang cukup luas.
"Alhamdulillah beliau sudah meninjau dan melihat empat titik. Tiga merupakan saluran di sungai yang menghubungkan irigasi tersier dan Sekunder. Memang ini menjadi satu kesatuan di luar wilayah kelurahan Mangunharjo," terangnya.
Mbak Ita, sapaan akrabnya mengaku mengunjungi Wamendagri membawa peluang bagi pertanian di Kecamatan Tugu.
"Ada satu peluang dari pak Wamen agar semua bisa diusulkan. Karena ini terintegrasi dari saluran tersier, sekunder sampai yang ke sawahnya. Kami akan meninjau dan memeriksa lagi agar air irigasinya sampai ke sawah. Karena Pengajuan ini awalnya hanya titik titik tersendiri, namun Arahannya agar jadi satu kesatuan," terangnya.
Ia berharap dengan adanya irigasi yang semakin baik di kecamatan Tugu, maka akan memberikan dampak yang sangat luar biasa (circular ekonomi) di kecamatan Tugu agar bisa lebih baik lagi,” terangnya.