Ironis, Dicuekin Pemkab Pekalongan, Keluarga Casriyah Hidup Tanpa Jamban

Rabu 04-12-2024,16:01 WIB
Reporter : Bakti Buwono
Editor : Wawan Setiawan

BATANG, diswayjateng.id - Puluhan tahun hidup serba kekurangan dari sisi ekonomi serta masalah sanitasi yaitu tak punya jamban, menjadi keseharian Casriyah (40), seorang warga miskin dari Desa Sambiroto, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan.

Ia bercerita, sebagai warga miskin sudah berupaya memenuhi kebutuhan dasar yaitu jamban sudah dilakukannya dengan meminta uluran bantuan pemerintah Desa Sambiroto.

Casriyah mengungkapkan, dirinya sudah berusaha mencari solusi dengan mengajukan bantuan jamban ke pihak desa sebanyak dua kali. Sebab ia sadar termasuk warga miskin.  

"Dua kali pergantian kepala desa, tak satu pun yang bisa mewujudkan bantuan jamban. Dulu, rumah kami pernah disurvei bahkan sampai difoto, tapi tidak ada tindak lanjut," ujarnya, Rabu 4 Desember 2024. 

BACA JUGA:Upayakan Penuhi Kebutuhan air Minum dan Sanitasi Aman Konsumsi, Pemprov Jateng Gandeng USAID IUWASH TANGGUH

BACA JUGA: Diduga Disunat Capai Ratusan Juta, Proyek Jambanisasi Desa Gading Disoal Warga

Ia pun harus menerima kenyataan pahit bahwa keluarganya menjadi satu-satunya di desa yang tidak memiliki fasilitas sanitasi MCK (Mandi, Cuci, Kakus) layak karena tidak punya jamban.  

Karena tak memiliki jamban, Casriyah sekeluarga terpaksa buang air besar di sungai atau saluran irigasi yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah.  

"Terkadang kalau malam, kami mengalirkannya ke saluran pembuangan yang kami buat sendiri di halaman rumah. Rasanya malu, tapi kami tidak punya pilihan lain," kata Casriyah.  

Untuk kebutuhan mandi, keluarga ini hanya mengandalkan sumur terbuka yang ditutupi spanduk bekas. Kondisi ini membuat mereka merasa tidak nyaman dan risih, apalagi jika ada tamu. 

BACA JUGA: Tidak Punya Jamban, Petugas Puskesmas Datangi Rumah Warga

BACA JUGA: 1.177 KK di Brebes Miskin Ekstrim, -Pemkab Akan Sumbang Jamban

Kesulitan hidup Casriyah semakin berat sejak November 2024, setelah pemerintah memutuskan ia bukan lagi penerima bantuan beras.  

"Saya tidak tahu alasan dihentikannya bantuan itu. Sebagai warga miskin, saya merasa seperti tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah," ungkapnya dengan wajah kecewa.  

Pekerjaan suaminya yang serabutan sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi membangun jamban sendiri.  

Kategori :