Dinkes Kabupaten Tegal Adakan Pelatihan Konseling PMBA

Kamis 03-10-2024,13:05 WIB
Reporter : Yeri Noveli
Editor : Rochman Gunawan

DISWAYJATENG.ID, SLAWI - Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tegal menggelar pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) di Bapelkes Kampus Ungaran, Kabupaten Semarang, pada Senin (30/2024) hingga Kamis (3/10/2024). Kegiatan ini diikuti 15 orang dari beberapa puskesmas di Kabupaten Tegal.

Ketua Tim Kerja Gizi Dinkes Kabupaten Tegal, Puji Kusumawati, SKM mengatakan, tujuan kegiatan ini agar para peserta mampu memberikan konseling PMBA. 

Selain itu juga peserta mampu menjelaskan konsep PMBA, melakukan praktik emberian Air Susu lbu (ASI), melakukan pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan makanan pendamping (MP) ASI. 

BACA JUGA:Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal dan Puskesmas Debong Lor Persiapkan Updating SSGI 2024

Diharapkan, setelah mengikuti kegiatan tersebut, para peserta dapat melakukan pemantauan pertumbuhan, mampu menjelaskan gizi dan kesehatan lbu, menjelaskan rujukan anak sakit ke fasilitas kesehatan dan melakukan konseling PMBA.

"Pelatihan PMBA ini merupakan angkatan ke XIX," kata Puji Kusumawati.

Dia menjelaskan, untuk kriteria peserta adalah, tenaga kesehatan dari Puskesmas atau Dinkes Kabupaten Tegal. Peserta minimal sudah mengikuti salah satu pelatihan, yaitu konseling menyusui, pemantauan pertumbuhan dan MP-ASI.

Sedangkan untuk kriteria pelatih atau fasilitator yaitu, telah mengikuti pelatihan konseling PMBA, memahami modul PMBA secara utuh dan memiliki komitmen yang tinggi dalam memfasilitasi pelatihan PMBA.

BACA JUGA:Calon Pimpinan DPRD Kota Tegal 2024-2029 Resmi Ditetapkan

"Para peserta ini nantinya akan mendapatkan sertifikat. Tapi nilainya minimal 70 dengan total kehadiran peserta 95%. Sedangkan peserta yang tidak lulus, hanya mendapat surat keterangan," ujarnya.

Dia mengemukakan, perkembangan masalah gizi di Indonesia saat ini semakin kompleks. Selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani dengan serius.

Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting (pendek) juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%. Sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% mnjadi 12,1%. 

Riskesdas 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa kelahiran dengan berat badan lahir rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%.

BACA JUGA:Karangan Bunga Duka Cita Berdatangan ke SMAN 3 Kota Pekalongan, Ini Tulisannya

Puji menjelaskan, jika mengacu pada hasil Riskesdas 2010, status gizi remaja secara nasional prevalensi remaja usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,2% dan pada usia 16-18 tahun sebesar 31,2%.

Kategori :