Kemen PAN RB Apresiasi Rumah Pelita Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Tegal

Kamis 08-08-2024,08:15 WIB
Reporter : Yeri Noveli
Editor : Rochman Gunawan

Kepala Puskesmas Kedungbanteng Muhtamar menjelaskan, alasan kenapa mendirikan Rumah Pelita itu, karena pada tahun 2020 angka stunting di Kabupaten Tegal sangat tinggi. Tak terkecuali di wilayah Kedungbanteng.

Namun, setelah Rumah Pelita berdiri dan berkembang di tiap desa di wilayahnya, angka bayi gizi kurang dan gizi buruk mengalami penurunan.

"Ketika tahun 2020 mencapai 18 persen. Tapi sekarang sudah menurun menjadi 13 persen. Angka itu di bawah target Provinsi dan Pusat yaitu 14 persen," jelasnya.

BACA JUGA:Siswa SMA Negeri 5 Kota Tegal Tanam Mangrove

Muhtamar tak menampik, tingginya angka gizi kurang dan gizi buruk itu, salah satunya karena status ekonomi, pola asuh dan pengetahuan ibu bayi yang kurang kontrol dan tidak terukur.

"Rumah Pelita ini sangat membantu kami dalam rangka penanganan bayi gizi kurang, BB kurang, gizi buruk dan stunting," ucapnya.

Sementara, Inisiator Rumah Pelita Puskesmas Kedungbanteng, Heny Erawati menuturkan, Rumah Pelita itu berdiri sejak Oktober 2020. Selama 4 tahun berdiri, pihaknya berhasil menurunkan angka stunting di wilayahnya.

BACA JUGA:Kapolres Tegal Pimpin Latihan Kesiapan Personel POH Hadapi Situasi Darurat

"Tapi stunting di sini tidak murni. Mereka hanya mengalami BB kurang, gizi kurang dan gizi buruk. Sebenarnya kalau menemukan kasus stunting murni itu harus dirujuk," kata Heny menjelaskan.

Petugas Gizi Puskesmas Kedungbanteng ini mengatakan, untuk penanganan kasus tersebut, pihaknya harus menyesuaikan dengan anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah desa melalui DD.

Misal, jika anggarannya hanya untuk 20 anak, maka pihaknya akan fokus pada anak-anak tersebut. 

Namun apabila ditemukan kasus baru diluar anggaran itu, maka pihaknya akan langsung berkoordinasi dengan lintas sektor dan lintas program.

BACA JUGA:IBN Tegal Siap Buka 2 Prodi Jenjang Magister

"Tapi alhamdulillah, selama ini kami bisa menanganinya dengan baik. Sehingga angka kasusnya selalu menurun setiap tahunnya," kata Heny.

Untuk penanganan kasus BB kurang, gizi kurang dan gizi buruk, Heny mengaku selalu memberikan makanan tambahan kepada para penderita berupa kudapan gizi seimbang.

Seperti nasi, hewani, nabati, sayuran dan buah-buahan. Kudapan itu dikemas menjadi jananan. Karena anak lebih suka makan jajan ketimbang menu lengkap. 

Kategori :