DISWAY JATENG - Manusia merupakan makhluk yang unik. Manusia merupakan makhluk yang paling mulia, terhormat, terpandang, namun sesaat kemudian manusia dapat berubah menjadi sangat hina, bahkan lebih hina dari binatang. Perubahan-perubahan drastis atas seseorang yang senantiasa terjadi setiap saat, sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor qalbunya.
Hati atau qalbu, mempunyai sifat yang senantiasa selalu berbolak-balik, selalu berubah-ubah, perubahan mana akan teraktualisasikan pada perilaku seseorang. Jadi sesungguhnya qalbu yang menyebabkan perubahan-perubahan atas manusia sekaligus menjadikan makhluk khas yang sangat unik.
Bagamana dalam keunikannya tersebut, manusia dapat optimal menuju kemuliannya?
Proses kerja dinamisasi diri dalam menggapai kemuliaan manusia berjalan sangat unik.Orang yang sudah frustasi, putus asa, sehingga kehilangan semangat, bahkan sudah terjerumus pada perbuatan-perbuatan negatif sebagai pelarian dari problem yang dihadapinya, dapat berubah secara total. Orang tersebut dapat kembali bersemangat hidup, kembali ke jalan yang benar, dengan perbutan-perbuatan positif, bahkan dapat lebih baik dari awal mulanya.
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan teori Neurosis modern serta pendidikan tasawuf. Kunci pemahaman dapat dijelaskan melalui dua konsep pokok, yaitu: (1) kehadiran Tuhan (jejak-jejak Tuhan) yang melekat pada setiap manusia, (2) sinergi dari kehebatan potensi otak dan qalbu. Sesungguhnya fitrah manusia adalah suci, hanif, menyaksikan dan mengakui (mempersaksikan) eksistensi Tuhan. Persaksian seseorang terhadap eksistensi Tuhan, yang dalam Islam disebut Allah, merupakan dasar pokok ajaran Islam yang pertama, yang disebutnya syahadat tauhid.
Persaksian tersebut di dalam dunia tasawuf disebutnya zikir, yang mereka ulang-ulang sebagai jalan mencapai pada tuhannya. Kegiatan zikir diyakini dapat mengantarkan pada perbaikan dan peningkatan diri, melalui proses pembersihan latifah-latifah (kehalusan simpul jiwa) dari segala macam kotoran qalbu, dan pengisinya sifat-sifat terpuji. Zikir mengaktifkan titik-titik pusat latifah manusia, sehingga mencapai tuhannya, dan disitulah mereka mencapai kemuliaanya.
Bagaimana sinergi kehebatan potensi otak dan qalbu/ akal dalam memulyakan manusia ?
Manusia dalan kehidupannya selalu sibuk dengan pengambilan keputusan untuk dapat melangkah dalam berbagai kegiatan. Keputusan yang sederhana diambil dengan cepat dan berjalan relatif lancar, tanpa menuntut pemikiran panjang. Semakin besar kadar suatu keputusan, menuntut pemikiran lebih serius dengan waktu yang lebih panjang.
Sebagian keputusan lebih banyak menuntut pertimbangan otak rasional, sebagian yang lain lebih banyak meminta pertimbangan akal emosional. Kedua akal tersebut (akal intuisi/emosi dan akal rasional) dibutuhkan secara terpadu, dengan pertimbangan yang berbeda sesuai masalah yang ingin dipecahkan (Goleman, 2000). Bekerjanya otak rasional sangat dibantu oleh indra manusia.
Dunia yang luas, jagat raya seisinya terhubung dengan otak melalui alat indra . Masukan dari indra tersebut diterima, dikelola, diatur, direkam dan dimasak oleh otak, sehingga diperoleh putusan-putusan dalam kehidupannya.
Bekerjanya otak intuisi (emosi) dijaga oleh amigdala. Goleman (2000) membuktikan bahwa akal emosi dapat mengalahkan (mendahului) kerja otak rasional. Emosi mempunyai pikirannya sendiri (Goleman, 2000). Banyak orang yang tidak dapat mengendalikan emosinya. Allah menyatakan bahwa sesungguhnya anak-anak dan hartamu adalah cobaan. Mereka yang keinginannya melambung, tidak sesuai dengan kondisinya akan kehilangan kontrol emosi sehingga menjadi stress.
Keberadaan otak dinilai berdasarkan sejauh mana otak dapat berfungsi. Fungsi tersebut menurut Pasiak (2003) berlangsung sebagai berikut; mula-mula otak rasional yang dipakai, bila tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya akan diambil alih oleh otak intuitif, bila ini juga gagal maka diambil alih oleh otak spiritual.
Konsep ini tidak dapat berjalan bagi orang-orang yang tidak sehat jiwanya. Tahapan pertama otak rasional yang mendasarkan pada masukan dari pancaindra tidak dapat berjalan bagi yang lemah akal pikirannya, karena lemah jiwa dan raganya.
Metode zikir menghidupkan simpul-simpul jiwa (latifah) manusia
Proses tersebut puncaknya pada latifah nafsi dan latifah kholab. Latifah nafsi berada di antara dua kening, di dalamnya bersemayam nafsu amarah yang bersifat; kikir, serakah, dengki, iri hati dan hasut, bodoh (sulit menerima kebenaran), syahwat (birahi), sombong/ angkuh, marah.