10 Tradisi dan Budaya Unik di Jawa Tengah yang Masih Dilestarikan hingga Sekarang

Rabu 22-05-2024,15:45 WIB
Reporter : Endang Wulandari
Editor : Rochman Gunawan

5. Kenduren 

Kenduren merupakan upacara adat di masyarakat Jawa, terutama di pedesaan. Ini adalah perayaan untuk merayakan acara penting seperti kelahiran anak, pernikahan, atau upacara keagamaan. Masyarakat berkumpul untuk makan bersama dan menikmati kegiatan sosial dan budaya seperti musik dan tarian. Kenduren juga memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan rasa persatuan.

6. Sekaten 

Upacara Sekaten yaitu perayaan tahunan di Jawa Tengah untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Acara ini berlangsung selama 1 minggu dengan kegiatan seperti pawai kembang api, pasar malam, pertunjukan wayang kulit, dan musik gamelan. 

Puncak acara ialah Kirab Agung, di mana Sri Sultan dan pengikutnya berarak menuju Masjid Agung untuk melakukan do'a bersama. Ini adalah perayaan keagamaan dan budaya yang penting di Jawa Tengah.

BACA JUGA:Upaya Intensif PJ Gubernur Jawa Tengah Nana Sujana dalam Mengatasi Banjir Awal Tahun 2024, Patut Diapresiasi

7. Mendak kematian  

Tradisi dan budaya di Jawa Tengah selanjutnya yaitu Mendak Kematian yang merupakan prosesi membawa jenazah ke tempat pemakaman dalam masyarakat Jawa. 

Ini melibatkan keluarga dan kerabat yang menghormati orang yang telah meninggal dengan mengiringinya ke tempat peristirahatan terakhir, sering kali diiringi do'a-do'a dan musik tradisional Jawa.

8. Mubeng benteng 

Tradisi ini kerap dilaksanakan di malam satu suro, sehingga sering dikenal dengan nama "tradisi malam satu suro". Upacara adat ini merupakan bagian dari kebudayaan Jawa Tengah, terutama di Yogyakarta dan Surakarta, di mana masyarakat mengelilingi benteng atau keraton. 

Tradisi Ini dilakukan sebagai lambang introspeksi dan kontemplasi diri. Saat melakukan mubeng beteng, peserta harus menjaga keheningan, serta tidak boleh makan atau minum hingga selesai.

9. Brobosan 

Tradisi Brobosan yaitu upacara adat di masyarakat Jawa, terutama di Banyumas. Ini dilakukan sebelum pemakaman untuk memberi penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. 

Jenazah diarak keliling desa atau kota sambil dikelilingi keluarga dan kerabat yang membawa lilin. Tradisi ini juga sebagai wujud rasa duka cita dan penghormatan kepada keluarga yang ditinggalkan.

BACA JUGA:Bernostalgia dengan 4 Permainan Tradisional Unik di Jawa Tengah yang Hampir Punah

Kategori :