DISWAYJATENG, SLAWI - Kabupaten Tegal dilanda kemarau ekstrem. Sebanyak 3 kecamatan mengalami kekeringan. Yakni, Kecamatan Suradadi, Warureja dan Jatinegara. Selama sekitar 2 bulan terakhir, warga di tiga kecamatan itu kesulitan mendapatkan air bersih. Sumur warga banyak yang mengering.
Saat mendapat kabar itu, Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kabupaten Tegal Suyanto langsung mengambil langkah sigap. Dia bersama jajarannya langsung menggelontorkan air bersih sebanyak 10 tangki di tiga kecamatan tersebut.
"Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Kejari dengan PMI Kabupaten Tegal," kata Suyanto yang juga menjabat sebagai Ketua Bulan Dana PMI Kabupaten Tegal, saat membantu air bersih di Desa Harjasari Kecamatan Suradadi.
Suyanto mengaku sudah mengalokasikan desa-desa yang terdampak kekeringan. Salah satunya di Desa Harjasari. Di desa itu, dia mendroping 2 tangki air bersih. Sedangkan sisanya, akan dialokasikan ke beberapa desa lainnya.
"Kami sudah menyiapkan 10 tangki untuk desa-desa yang terdampak kekeringan," ucapnya.
Ketua PMI Kabupaten Tegal Iman Sisworo membenarkan jika di Kabupaten Tegal ada 3 kecamatan yang langganan kekeringan saat musim kemarau. Yaitu, Kecamatan Suradadi, Jatinegara dan Warureja.
Khusus di Suradadi, ada 2 desa yang kesulitan mendapatkan air bersih. Yakni, Desa Harjasari dan Desa Jatimulya. Kemudian di Kecamatan Warureja hanya 1 desa, yaitu Desa Kedungkelor. Sementara di Kecamatan Jatinegara, Desa Luwihjawa dan Desa Lembahsari.
"Hari ini ada donasi dari Pak Kajari sebanyak 10 tangki air bersih untuk membantu warga yang membutuhkannya," kata Iman Sisworo, saat mendampingi Kajari Kabupaten Tegal.
Iman mengutarakan, jumlah warga yang terdampak kekeringan di 3 kecamatan itu mencapai ribuan jiwa. Sejauh ini, PMI sudah menyalurkan air bersih sebanyak 67 tangki. Tiap tangki berisi 6.000 liter.
"Setiap hari kita salurkan, karena perkiraan dari BMKG, kekeringan ini sampai bulan Oktober," imbuhnya.
Harti, 52, warga RT 01 RW 07 Desa Harjadari menuturkan, kekeringan melanda desanya sejak 3 bulan lalu. Selama ini, warga hanya mengandalkan air sungai untuk mandi, cuci dan kebutuhan lainnya. Karena sumur di rumahnya sudah mengering. Sedangkan untuk air minum, dia harus membeli setiap hari.
"Kalau air minum, saya beli galon, air isi ulang, tiap hari beli Rp5.000," tukasnya.