BREBES, DISWAYJATENG.ID - Temuan hewan ternak yang terjangkit virus Lumpy Skin Disease (LSD) terus melus di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes. Hingga awal Mei ini, temuan hewan ternak yang terjangkit virus LSD mencapai 1.420 ekor. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Brebes terus melakukan upaya penekanan penyebaran virus tersebut.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat DPKH Brebes Budi Santosa mengatakan, virus LSD pertama kali ditemukan pada Februari lalu. Namun, seiring berjalannya waktu temuan hewan ternak yang terjangkit virus LSD terus meluas dan kini tersebar di 17 kecamatan. "Dari 12 Februari hingga awal Mei ini, total ada 1.420 hewan ternak yang terjangkit virus LSD," katanya, Rabu (3/5).
Budi menyebutkan, virus LSD biasanya ditularkan oleh lalat, nyamuk, dan caplak. Serta serangga penghisap darah mentransmisikan penyakit LSD dari satu individu ternak ke ternak lain. Untuk hewan ternak yang terjangkit virus LSD, masa inkubasi antara 7 sampai 28 hari. Sementara untuk pengobatannya yaitu dengan supportif vitamin, obat turun panas dan anti radang.
"Untuk pengobatan, 1 sampai 3 kali. Tergantung tingkat keparahan akan sembuh apabila setelah 28 hari sejak diobati dan tidak lagi menunjukkan gejala," lanjutnya.
Lebih lanjut, Budi menambahkan penularan virus ini seperti estafet, yaitu tergantung gigitan lalat atau serangga penggigit yang berpindah dair ternak satu ke ternak yang lain. Secara akumulasi jumlah kasus bertambah, sejak 15 Februari sampai dengan Mei 2023 ada 1.240 kasus. Sebagian besar sudah sembuh. Kematian akibat LSD secara teori 7 persen.
"Dari 17 kecamatan itu, jumlah hewan ternak yang terjangkit terbanyak di Bantarkawung, Larangan, Ketanggungan, Banjarharjo, Salem dan Bumiayu," lanjutnya.
Diinformasikan, virus LSD sendiri menyerang pada bagian kulit sapi berupa benjolan pada sekujur tubuh sapi. Benjolan tersebut jika pecah maka akan membuat tubuh sapi bolong-bolong atau berlubang. Selain benjolan, sapi yang terinfeksi LSD juga dapat mengalami demam, kehilangan nafsu makan, lesu, dan mengalami penurunan produksi susu.