Simpati Ny Sambo

Selasa 09-08-2022,00:01 WIB
Editor : Ismail F

DeniK: Dahulu kala ada kisah seorang Ditje.wanita yang harus kehilangan nyawa. Konon katanya karena banyak pejabat yang suka padanya.pakdhe yang jadi tersangka nya.dan di vonis penjara.semua senang semua tenang. Tidak menutup kemungkinan ada tersangka baru ,ujug-ujug ada tukang kebun yang mahir menggunakan senjata dan punya dendam pribadi dengan korban. Akhirnya tukang kebun di vonis seberat-beratnya. Semua senang ,semua tenang (kembali). Ini adalah cerita fiksi belaka.

Surja Wahjudianto: "Klimaks yang sekarang bukan satu-satunya klimaks," kata Abah. Ngapunten Bah, namanya klimaks kan ya sekali Bah. Abah kan sudah tahu. Masak lupa? Kalau tahapan storytelling dalam film kan umumnya begini: orientation - conflict - conflict escalation - climax - resolution. Naah, yang sekarang terjadi ini baru conflict escalation. Kalau conflict escalation ini bisa saja beberapa kali. Tapi terima kasih sudah angkat kasus ini lagi, Bah. Saya juga sempat mikir dan khawatir soal penetapan kasus pelanggaran kode etik itu. Beruntung Abah cepat menangkap kekhawatiran saya. Sampai buru-buru menelepon Pak Mahfud MD. Untuk klarifikasi. Lalu melaporkan ke saya. Lewat CHDI ini. Ditunggu laporan berikutnya Bah. Demi "mengawal" kasus ini. Dengan kapasitas yang Abah bisa. Dengan escalation-escalation berikutnya. Yang pastinya masih akan banyak. Sampai akhirnya menuju puncak. Klimaks!

ibnuhidayat setyaningrum: Setelah baca, aku bertanya tanya. Dalam peristiwa ini, yang penuh drama itu peristiwa nya ataukah gaya penulisannya??? Kadang baca Disway tidak beda dengan baca novel.

Nur Hi dayat: Pengacara bharada E tegas bahwa bharada E disuruh, tidak ada motif dia melakukan dugaan pembunuhaan. Siapa yg menyuruh? Anda belum tahu

Mirza Mirwan: Hehehe.... saya sudah nonton, Mbah Mars. Malah saya hafal salah satu lagunya, Thala Kodhum, -- di credit tittle penyanyinya Pradeep Kumar. "Thala kodhum thala kodhum elangatu sedi kondu vaarum / Maramagum vidai elan vaza so ilitarum / Kalongada kalongada...." Dasar hobi nyanyi ...hehehe.

Mirza Mirwan: Ini tak ada kaitannya dengan kasus Duren Tiga. Tetapi melihat betapa gigihnya Kamaruddin Simanjuntak dalam memperjuangkan keadilan bagi keluarga Brigadir J, saya membuka kembali dan membaca secara acak novel karya Harper Lee, "To Kill a Mockingbird" yang terbit pertama kali tahun 1960 dan dua tahun kemudian difilmkan -- saya menonton filmnya dalam bentuk DVD hampir sepuluh tahun yang lalu. Di kota Maycomb, tahun 1930, saat Amerika dilanda depresi hebat, terjadilah kasus pidana yang direkayasa. Tom Robinson, lelaki kulit hitam, dituduh memperkosa gadis kulit putih, Mayella Violet Ewell. Mayoritas warga Mycomb adalah kulit putih. Dan dalam persidangan semua juri dari kulit putih. Atticus Finch, pengacara berkulit putih, yang membela Tom sebenarnya cukup brillian dalam melakukan pembelaan. Atticus benar-benar all-out membela Tom yang kulit hitam, karena kebetulan pembantu di rumahnya, Calpurnia, juga kulit hitam -- dan kepribadiannya baik. Dalam persidangan, jelas tak terbukti Tom memperkosa Mayella. Tangan kiri Tom saja cacat, kok. Hanya saja Tom mengaku bahwa Mayella menciumnya. Saat itulah ayah Mayella, Bob Ewell, memergokinya dan menuduhnya telah memperkosa puterinya. Mayella sendiri mengaku sering dipukuli ayahnya. Meski tak terbukti memperkosa Mayella , semua juri sepakat bahwa Tom bersalah. Sepulang Atticus dari sidang, datang Sherif Tate memberitau bahwa Tom berusaha melarikan diri saat dikirim ke penjara. Dan Sherif men--dorr hingga tewas. (Bersambung)

Liam Then: Biarpun Institusi Polri atau pun TNI kadang ada masalah. Saya tetap percaya, yang bikin masalah itu cuma satu dua. Tetap percaya, institusi Polri dan TNI wadahnya ksatria modern Indonesia. Pak Polisi dan Pak Tentara. "Tetap semangat Ndan"!!!

Johannes Kitono: Penasaran dengan closing "Mendung Tanpa Udan" yang artinya mungkin hanya diketahui sebagian pembaca. Langsung baca Tempo edisi terbaru dengan cover jend Rambo. Nah, langsung terbukalah Pundi pundi Pandora. Disway yang beritanya biasa 1 a 2 langkah dimuka media lain, kali ini harus mengakui keunggulan investigasi team Tempo." Ketika Bharada E turun langsung melihat Rambo memegang senjata didekat tubuh Brigadir Yosua " , tulis Tempo. Dan ternyata tembak menembak hanya menambah bumbu cerita saja. Tentu ending storynya bagaimana pasti sudah bisa diduga biarpun kasus ini belum diadili . Belajar dari kasus ini, sebaiknya pejabat tinggi tidak perlu pakai ajudan. Pakai saja Robot cop dengan teknologi AI yang pasti ganteng tapi tidak bisa jatuh cinta. Biar tambah gagah langsung dikasih pangkat kapten. Robot cop pasti berani pasang badan melindungi majikan dan keluarganya. Harganya berapa dan bisa beli dimana ? Silahkan tanya ke admin Disway atau tuan Alibaba .

Fenny Wiyono: awal2 denger penjelasan pak Pol ttg kasus tiga duren, rasane pengen nangess... Ya Allah duit pajakku di buat gaji wong2 buwento kek gittuuuuuuuu.. terus nanges neh pas eling lek onok penjahat sing pinter sitik opo yo sanggup negoroku ngatasi. oalaah terus Meriah e agustusan gawe merayakan opo sakjane? mmg jaman udan

daeng romli: tentang kasus pembunuhan Brgadir J ini Abah pernah menulis sebagai 'hiburan', kemudian disanggah oleh salah satu pembaca Disway bahwa Abah kurang peka dan empati. Sekarang terbukti bahwa memang kasus ini kasus yg "menyedihkan" tetapi penanganannya koyok dagelan (hiburan) wes ngono ae...

*) Dari komentar pembaca di http://disway.id

 

 

 

 

 

Kategori :

Terkait

Rabu 17-08-2022,04:00 WIB

Gangguan Kesenangan

Minggu 14-08-2022,00:00 WIB

Surat Kuasa

Rabu 10-08-2022,00:05 WIB

Labirin Polkam