Musim Panas

Rabu 06-07-2022,00:06 WIB
Editor : Ismail F

Di era digitalisasi informasi, yang ada bukan akan eksis bukan pemilik stasiun TV. Tetapi, pemilik konten siaran. Karena orang akan melahap menu kontennya, bukan stasiun TV nya. Contohnya, ketika acara ILC diberangus dari TVOne yang alasannya anda sudah tahu sendiri, bung Karni Ilyas meluncurkan channel ILC di youtube. Toh sama juga, viewer bukan mengalir ke TVOne, tetapi ke channel ILC Youtube. Pemasang iklan akan lebih rasional untuk mengejar target promosi yang dalam hal ini lebih terukur dan termonitor beriklan melalui internet daripada stasiun TV.

No Name:

Mau nanya ini ah. Mumpung tidak out off topik. Ada hubungan-nya dengan dunia digital. Prospektus MTEL itu awal aktanya kok cuma 2 step. Step awal, modal sekitar 205 B. Tiba-tiba berubah jadi T pada step 2. Jumlah saham melebar. Harga dari 2280 ke 228?. "Dari tahun 1995-2021". Tidak ada catatan stock split, cuma mengeluarkan saham baru dari portepel. Lanjut, Telkom buy back apa gimana?. Ada perubahan komposisi soalnya. Terutama pemilik lama "TM Communication (HK) Limited", pas tak cari infonya lewat google sudah larut. Terus di jual lagi ke Citibank SG, terus INA masuk gitu iya?. "Ini nanya serius karena nggak paham. Terutama Telkom buy back di harga berapa?".

Dacoll Bns:

Alhamdulillah TV yg dibelikan mertua saya 4 tahun lalu sudah support untuk menangkap digital broadcast tanpa STB, sekitar 2-3 bulan lalu sy coba2 untuk seqarch otomatis dan ternyata tertangkap 830 an channel. Alamak, banyak kali... Ternyata ada beberapa yg masih siaran percobaan (sepertinya TV lokal) dan beberapa yg loncat channelnya, jadi 830 itu cuma channel yg dipilih TV nya untuk broadcast... Cuma sayangnya kalau antena kena angin, channelnya langsung gelap gulita dan gak ada semut lagi kayak TV analog. Kualitas gambarnya memang top banget, bening kayak nonton pakai parabola jaman dulu , cuma masih ada stasiun TV nasional yg beberapa program siarannya masih aspek ratio tv tabung (4:3) jadinya tampilannya melar kalau dilihat di TV wide (16:9)

Juve Zhang:

Abah Disway alumni Tempo, harus bangga Tempo buka berita ACT yg " revenue-nya" kelas kakap konon 750 milyar dan gaji direktur 250 juta wkwkwkwkwkw. Revenue seperti ini jelas kelas kakap mengingat Modal pokok hanya Baliho, iklan di medsos yg murah meriah. Supaya transparan suruh saja IPO go publik wkwkwkwkwk mungkin ada Komentator yg minat jadi Komisaris Independen nya gaji 100 juta wkwkkwkwk

Abdul Wahib:

Rasanya bukan pak menteri yg menundukkan bos besar televisi. Tapi internet itu sendiri. Sdh lama bisnis televisi tergusur oleh yutub. Hanya generasi emak saya (60 tahun lbh usianya) yg tetap setia nonton televisi. Itupun hanya acara tertentu. Jadi, kalau skrg bos televisi pada nurut, karena mereka sdh kalah. Pasrah wae

Patrick Dimaya:

di seluruh sumatera non ibukota provinsi sepertinya sama semua pak, senasib sepenanggungan.

Dahlan Batubara:

Di Mandailing, Sumut, siapa yg punya tv pasti punya payung terbalik (parabola). Tak ada antena tulang ikan. Dari dulu begitu. Makanya tiap rumah pasti ada payung terbalik.

Djokher Djokhers:

Zaman kecil dulu di bojonegoro, ayah kalau pasang antena TV ada dua jenis. Satu antena besar menghadap ke barat (untuk tangkap TVRI pusat/jakarta), satu antena kecil menghadap ke timur (tangkap siaran TVRI Surabaya). Yg kecil di atas, yang besar dipasang di bawah. Kedua antena dipasang di tiang bambu utuh; ujung bambu sampai bongkotan/bagian bawah bambu dipakai semua. Dibantu paman dan tetangga untuk merdirikan bambu tiang antena itu Teringat; pas petinju kita ellyas pical main, tv dikeluarin di halaman. Orang sekampung nonton.

Macca Madinah:

Kategori :

Terkait

Selasa 20-06-2023,05:18 WIB

Badai Berlalu

Selasa 13-06-2023,05:37 WIB

Putri Cowell

Rabu 24-05-2023,02:45 WIB

Zaytun Gantar

Jumat 23-12-2022,04:00 WIB

Omnibus Kesehatan

Kamis 08-12-2022,04:00 WIB

Arek Kesel