Nina Pimpin Rakor Stunting, Target 14,2% Tahun 2029 Jadi Prioritas Salatiga

Nina Pimpin Rakor Stunting, Target 14,2% Tahun 2029 Jadi Prioritas Salatiga

ARAHAN : Wakil Wali Kota Salatiga Nina Agustin saat memberikan arahan ditengah Rakor Stunting di Kota Salatiga, Senin 8 Desember 2025. Foto : ist/Erna Yunus Basri--

SEMARANG - Wakil Wali Kota Nina Agustin menegaskan, target nasional penurunan stunting menjadi 14,2% pada tahun 2029 merupakan prioritas utama Kota Salatiga saat ini. 

Nina menyebutkab, penanganan dan pencegahan stunting harus dilakukan secara berkelanjutan dengan berpegang pada target tersebut. 

Hal ini disampaikan Nina Agustin, saat memimpin Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan stunting (TPPS) Tingkat Kota Salatiga Tahun 2025 yang digelar di Hotel Front One Gosyen Salatiga, Senin 8 Desember 2025. 

Rakor ini turut dihadiri Pj. Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, Direktur RSUD, Kepala Bappeda, serta para tamu undangan.

Dalam Rakor itu, Nina meminta agar integrasi lintas sektor diperkuat. 
"Terutama yang menyasar kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)," kata Nina Agustin

Ia menyebutkan, Validitas dan pemutakhiran data keluarga berisiko stunting harus benar-benar dijaga agar intervensi tidak meleset dari sasaran. 



Lebih jauh ia menegaskan bahwa percepatan penurunan stunting merupakan prioritas nasional yang juga menjadi fokus serius Pemerintah Kota Salatiga.

Pasalnya, stunting bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi juga berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, produktivitas jangka panjang, dan masa depan daerah.

"Rakor TPPS ini menjadi momentum penting bagi kita semua untuk menyamakan langkah, memperkuat kerja lintas sektor, dan memastikan seluruh intervensi dilakukan secara efektif, konvergen, dan terintegrasi," ujar Nina.

Dalam kesempatan itu, Nina mengapresiasi kepada perangkat daerah, tenaga kesehatan, kader PKK, akademisi, dunia usaha, dan seluruh pemangku kepentingan atas komitmen yang selama ini ditunjukkan. 

Meski demikian, Nina menekankan pentingnya peningkatan kualitas layanan, percepatan pengentasan keluarga berisiko, serta ketepatan sasaran dalam setiap intervensi.

Dalam arahannya, Nina juga meminta agar peran kader pendamping keluarga (PKK) dan tenaga kesehatan perlu terus dioptimalkan melalui pelatihan berkelanjutan. 

Edukasi dan kampanye perubahan perilaku masyarakat terkait gizi, sanitasi, dan pola asuh juga harus diperluas, disertai dorongan untuk melakukan inovasi daerah yang sesuai dengan kondisi masyarakat Kota Salatiga.

Nina berharap, rakor ini menghasilkan rekomendasi yang konkret, aplikatif, dan memberikan arah yang jelas bagi pelaksanaan program sepanjang tahun 2025 dan 2026 mendatang. 

Sementara itu, Kepala DP3AP2KB, Suparli menjelaskan, tujuan kegiatan ini menyatukan strategi dan kebijakan antar anggota tim dalam pelaksanaan intervensi spesifik maupun sensitif. 

Ia menegaskan, persoalan stunting masih menjadi tantangan utama dalam pembangunan kualitas SDM di Indonesia. 

"Sehingga penanganannya membutuhkan pendekatan lintas sektor yang terencana dan berkesinambungan," ujar Suparli. 

Lebih jauh Suparli memaparkan, forum ini menjadi sarana mengidentifikasi permasalahan di lapangan dan merumuskan solusi bersama, sekaligus memperkuat komitmen lintas sektor dalam menjalankan peran masing-masing. 

Rakor juga diarahkan untuk mengintegrasikan perencanaan dan penganggaran agar lebih efektif dan tepat sasaran, serta meningkatkan kualitas pemantauan, evaluasi, dan kinerja tim dalam upaya penurunan stunting.

"Rakor ini diharapkan memperkuat upaya kolektif Pemerintah Kota Salatiga dan seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan generasi yang sehat, unggul, dan bebas stunting," imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: