Buku Biografi Yono Daryono Resmi Diluncurkan di Kota Tegal

Buku Biografi Yono Daryono Resmi Diluncurkan di Kota Tegal

DISKUSI - Halim HD, Ubaidillah, dan Zachira Indah mengisi diskusi buku berjudul Yono Daryono: Dari Sunyi Gelombang ke Riuh Panggung setelah diluncurkan di Spasi Creative Space.Foto:K Anam S/diswayjateng.id--

TEGAL, diswayjateng.id - Aula yang berukuran cukup luas itu seketika menjadi gelap gulita, saat jarum jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Sekelompok anak muda dari Teater Qi muncul dari belakang punggung para tamu yang hadir. Di hadapan ratusan pasangan mata, mereka membawakan sebuah fragmen pertunjukkan yang berjudul Kanan ≠ Kiri.

Fragmen pertunjukkan ini mengisahkan dua ruang dan waktu berbeda, menyatu dalam lintasan sejarah yang selalu berulang. Kanan bisa bergerak, kiri pun bisa juga bergerak. Kanan bisa bersuara begitupun kiri, melantunkan pilu dalam dekap belenggu, melangkah sesuai tujuan masing-masing. Meski jalan berbeda, bisa jadi baik kanan ataupun kiri punya tujuan yang sama.

Teater Qi mengemas fragmen tersebut bersumber dari buku Peristiwa Tiga Daerah karya Anton Lucas dan novel sejarah karya Yono Daryono dan Ubaidillah yang berjudul Kutil. Setelah itu, pertunjukkan dilanjutkan dengan pembacaan petikan buku biografi Yono Daryono yang dibawakan Tiara Septia Ningrum dari Komunitas Tegal Book Party.

Tepuk tangan meriah diberikan kepada penampil sekaligus menyambut tiga nama yang diminta untuk mengisi diskusi buku biografi Yono Daryono. Tiga nama tersebut adalah networker kebudayaan Halim HD dan dua penulis buku biografi Yono Daryono, Ubaidillah dan Zachira Indah, dengan dimmoderatori Faozan Suwage. 

BACA JUGA:Istri Wagub Jateng Terpilih, Ning Nawal, Luncurkan Buku Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan Seksual

BACA JUGA:Poltek Harber Tegal Adakan Bedah Buku Atomic Habits

Proses penulisan buku biografi Yono Daryono cukup berliku. Semula buku biografi ini akan ditulis oleh Wijanarto. Bahan-bahan telah dikumpulkan oleh sejarawan Pantura tersebut. Sayangnya, dalam perjalanannya, Wijanarto didera sakit dan meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit. Ubaidillah dan Zachira Indah lalu ditunjuk untuk melanjutkan proses penulisan.

Keduanya diberi deadline satu bulan sebelum 25 Maret 2025, hari di mana Yono Daryono berulang tahun ke-70. “Setiap malam, kami lembur menulis dan wawancara,” kata Ubadilillah kepada audiens diskusi.

Dalam kata pengantar, Tim Penulis menegaskan buku biografi ini tidak untuk memotret Yono Daryono sebagai bintang tidak bercela, melainkan manusia biasa yang memelihara ketangguhan di tengah kesengsaraan.

“Kisah seorang Gendowor dari pesisir utara Jawa yang berupaya lepas dari kemelut ekonomi keluarga serta berproses menemukan diri lewat seni dan sastra,” tulis Tim Penulis.

BACA JUGA:Menang DPR RI Dapil

BACA JUGA:SMP Negeri 1 Kota Tegal Luncurkan Buku Antologi Pantun Nasihat Karya Siswa

Sementara itu, Halim HD menilai Yono Daryono yang dia panggil cukup dengan Daryono saja merupakan figur dalam mosaik sosial di lingkungannya. Tidak hanya seniman, cerpenis, esais, hingga novelis, Yono Daryono juga seorang organizer yang andal dan piawai, dilihat dari produktivitas penulisan lakon dan garapan teaternya. 

“Keberhasilan Daryono menyutradarai menjadi bukti nyata dia mampu mengelola sistem produksi,” sebut Halim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: