LHKPN 2016 Saja Sudah Rp2,1 M, Mantan Wabup Soroti Gaya Pencitraan Bupati Sigit

LHKPN 2016 Saja Sudah Rp2,1 M, Mantan Wabup Soroti Gaya Pencitraan Bupati Sigit

Bupati Sigit Pamungkas saat menunjukkan kursi kerjanya yang dikasih dari salah satu pengrajin mebel--Diskominfo Sragen for Jateng.disway.id

SRAGEN, diswayjateng.id – Paska isu politik soal pembangunan rumah Bupati di Desa Tempelrejo, Kecamatan Mondokan, gaya pencitraan Sigit Pamungkas jadi sorotan. Meski dari keluarga miskin, belum tentu masih miskin. Namun butuh keterbukaan untuk menjaga kepercayaan masyarakat. 

Mantan Wakil Bupati Sragen, Daryanto, memberikan pandangannya terkait gaya pencitraan Bupati Sragen saat ini, Sigit Pamungkas. Dalam pernyataannya, Daryanto menyoroti pentingnya keterbukaan dan kejujuran seorang pemimpin, baik dalam ucapan maupun tindakan, sebagai tolok ukur utama kepemimpinan.

“Disukai atau tidak disukai rakyat itu adalah risiko menjadi seorang pemimpin. Namun, yang terpenting, seorang pemimpin harus terbuka dan jujur. Bupati harus berani menunjukkan apa adanya,” ujar Daryanto.

Daryanto mengkritik pola pikir yang sengaja dibangun untuk memiskinkan atau memperkaya diri demi pencitraan. Menurutnya, hal tersebut justru akan menjadi bahan penilaian rakyat untuk mencocokkan kesesuaian antara ucapan dan kenyataan.

“Jangan membangun mindset memiskinkan diri atau memperkayakan diri, karena pada akhirnya rakyat yang akan menilai,” tambahnya.

Lebih lanjut, Daryanto menyentil soal kekayaan seorang bupati. Ia meyakini bahwa seorang bupati, termasuk Sigit Pamungkas, tentu memiliki kekayaan yang tidak sedikit, terutama mengingat besarnya modal yang diperlukan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan bupati. 

“Nyalon bupati itu modalnya tidak kecil. Meskipun ada sumbangan dari sana-sini, tentu terukur. Pasti ada modal yang dimiliki,” katanya.

Ia juga menyinggung pencitraan Sigit Pamungkas yang selama masa kampanye Pilkada kerap memposisikan diri sebagai sosok sederhana atau “ora duwe” (tidak punya). Namun, menurut Daryanto, rakyat tidak memandangnya sebagai orang yang tidak kaya. 

“Rakyat tidak ada yang memandang dia sebagai orang yang tidak punya. Dia sendiri yang memposisikan ‘ora duwe’ selama Pilkada,” tegasnya.

Sementara Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, menyampaikan terkait kekayaannya bukan Rp 2,1 miliar seperti data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 2016 saat masih menjabat komisioner KPU. Namun laporan terbaru tahun 2023 yang dilaporkan pada tahun 2024. Tetapi pihaknya tidak menjabarkan nilai yang dilaporkan. "Sudah lama laporan itu," ujarnya. 

Selain itu, Sigit menegaskan bahwa rumah di Dukuh Ngembat, Desa Mojorejo, Kecamatan Karangmalang, yang kerap dikaitkan dengannya, bukan miliknya pribadi.

“Rumah di Mojorejo itu rumah kakak saya yang ditempati keluarga saya. Saya bagian yang membantu rumah itu. Itu rumah kakak saya dari orang tua saya, yang dipecah-pecah. Saya di Sragen tidak punya rumah,” ungkap Sigit.

Sigit menjelaskan bahwa rumah tersebut merupakan warisan dari orang tua yang kemudian dibagi di antara keluarga, dan ia hanya turut membantu keberadaan rumah itu. Ia juga menyatakan bahwa di Sragen, ia tidak memiliki rumah pribadi. 

Sebagai bagian dari janji kampanyenya, Sigit tengah membangun rumah di wilayah utara Sragen, tepatnya di Kecamatan Mondokan, yang ia sebut akan menjadi “rumah rakyat.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: