Sambut Ramadan, Warga Pudakpayung Kuras Sendang Gede

Puluhan warga menguras Sendang Gede di RW8, Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jumat, 14 Februari 2025. Nyadran dan kuras sendang Gede ini merupakan tradisi rutin tahunan dalam menyambut bulan suci Ramadan.--Wahyu Sulistiyawan
Selain itu, sebanyak 1 Kwintal ikan lele ditabur kedalam sendang untuk direbutkan oleh warga.
"Ayam yang dibawa merupakan swadaya warga setiap RT, ayam itu langsung dibakar utuh diatas kayu bakar untuk mempermudah dalam memasak dan dibagi untuk dinikmati oleh warga semua," kata Sunarmin.
Sunarmin menceritakan, pertama kali yang menemukan sendang Gede adalah sosok Nyai Tayem pada abad 15 untuk kebutuhan air bersih warga dan pertania.
"Nyadran dan kuras sendang Gede ini juga sebagai bentuk penghormatan luluhur Nyai Tayem yang sudah menemukan sendang ini untuk kehidupan warga dan pertanian,"katanya.
Sunarmin berharap Dinas Pariwisata bisa memberikan ide untuk mengembangkan Dusun Pucung dan tradisi yang sudah ada.
"Kita berharap tradisi ini terus berkembang, dan Dinas Pariwisata juga bisa mengembangkan Dusun Pucung karena lokasinya berdekatan dengan hutan Wisata Penggaron, sehingga wisata Jip juga bisa masuk kesini," ujarnya.
Camat Banyumanik, Eka Kriswati menyampaikan, Pemerintah Kota Semarang selalu memberikan dukungan terhadap tradisi nyadran yang rutin dilakukan setiap tahun di Dusun Pucung.
"Kami menyediakan anggaran dalam bentuk dukungan pemerintah, seperti pemasangan paving dan pembangunan pendopo di area sendang Gede,"jelasnya.
Eka menceritakan, di Kelurahan Pudakpayung baru saja mengembangkan desa wisata yang baru dibuka pada 2024 kemarin.
"Nantinya kita juga akan berkolaborasi dengan komunitas Hysteria untuk mengembangkan desa wisata di Pudakpayung,"jelasnya.
Ia menambahkan, di Kelurahan Pudakpayung sendiri terdapat kurang lebih 15 sendan dan beberapa makan yang masyarakatnya masih melakukan tradisi sadranan.
"Ini merupakan bentuk melestarikan budaya dan mendoakan leluhur, agar kita juga diberikan keselamatan," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: