'Marilah Kita Pergi ke Betlehem' Menjadi Tema Natal 2024, Ajak Umat Kembali Peduli Sesama
Romo Kevikepan Solo, Herman Yoseph Singgih Sutoro-istimewa-
SOLO, diswayjateng.id -- Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengambil tema Natal "Marilah Kita Pergi ke Betlehem", pada perayaan Natal Rabu, 25 Desember 2024. Tema ini diambil dari Injil Lukas 2 :15 dan memiliki makna mendalam.
Romo Kevikepan Solo, Herman Yoseph Singgih Sutoro, menjelaskan tema ini mengajak seluruh umat untuk kembali ke tempat asal mereka, baik secara spiritual maupun dalam kehidupan sehari-hari, untuk melompat dengan Sang Juru Selamat.
“Kembali ke kehidupan sehari-hari, kembali peduli kepada sesama, dan kepada orang-orang di sekitar kita,” tuturnya.
Herman juga menyoroti kesibukan masyarakat selama setahun terakhir, terutama dengan adanya kontestasi politik seperti Pilpres, Pileg, dan Pilkada.
BACA JUGA: Akhir 2024, SMK Mumbul Brebes Raih Penghargaan Sekolah Unggul dari PP Muhammadiyah
“Sekaranglah saatnya kita kembali membangun bangsa, khususnya Kota Solo. Perbedaan pilihan politik tidak perlu dipersoalkan lagi. Inilah saatnya bekerja bersama,” ungkapnya.
Terkait harapan terhadap para pemimpin baru di tingkat nasional dan daerah, Herman berharap mereka dapat menjalankan tugas sesuai amanat undang-undang.
“Sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945, para pemimpin diharapkan melindungi seluruh bangsa tanpa membedakan golongan, agama, dan suku. Mereka juga harus mengupayakan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menciptakan perdamaian dunia,” jelasnya.
Herman menambahkan perdamaian bisa dimulai dari lingkup kecil, seperti keluarga dan masyarakat, sebelum meluas ke tingkat yang lebih besar.
BACA JUGA: Perayaan Natal 2024, Gereja Santo Mikael Demak Selenggarakan 2 Misa dan Gelar Pengobatan Gratis
Terkait toleransi di Solo, Herman menilai Pemkot Solo telah berupaya membangun toleransi beragama dengan baik.
“Apa yang sudah berjalan dengan baik perlu dijaga dan dikembangkan. Toleransi artinya saling menghormati dan menghargai satu sama lain,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga keberagaman tanpa memaksakan keseragaman. "Beberapa waktu lalu, terjadi kesalahpahaman yang sedikit menurunkan peringkat toleransi di Solo. Ini harus menjadi pelajaran agar kita dapat meningkatkan toleransi kembali, dengan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi," pungkas Herman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: