Dinamika Manusia Menuju Kemuliaannya
Basukiyatno, Dosen Magister Pedagogi UPS Tegal--
Kajian tasawuf menamakan tempat tersebut latifah nafsi dan latifah qolab. Penerapan konsep Taufiq Pasiak (2003) bahwa pengambilan keputusan secara bertingkat dimulai otak rasional, kemudian otak emosi. Apabila persoalannya sangat berat, sehingga tidak mampu terpecahkan, maka otak spiritual harus bekerja.
Dalam hal ini orang akan banyak berharap pada pertolongan Alloh. Jadi sinergi kekuatan manusia, sesungguhnya ada pada kepala depan-atas, yang menjadi tempat lobus temporal, dan latifah nafsi serta latifah qolab. Di tempat itulah berproses berbagai kekuatan, kekuatan otak rasional empirik yang diberi masukan oleh indra orang yang bersangkutan, kekuatan otak emosi yang didasari oleh ingatan-ingatan sebelumnya, serta kekuatan otak spiritual yang diperebutkan antara nafsu amarah dan nafsu kamilah.
Amaliah zikir yang dipraktekkan oleh Pesantren Suryalaya, mampu membimbing berbagai kekuatan tersebut, sehingga ikhwan yang telah rusak pribadinya berubah menjadi orang-orang yang berakhlak mulia. Disitulah manusia mencapai puncak kemuliaannya.
Dalam kehidupan nyata dewasa ini, pergulatan antara bisikan syetan dan bisikan malaikat, yang terjadi pada masing-masing individu berlangsung semakin hebat. Hal mana disebabkan oleh kerasnya persaingan hidup. Semakin sulitnya kehidupan sektor ekonomi, percepatan dan keterbukaan informasi yang tidak terbendung, dan peningkatan standar tuntutan kehidupan serta prestise dan gaya hidup.
Perimbangan atas hal tersebut, terlihat juga semakin semarak kehidupan majlis-majlis taklim, majlis zikir, tempat peribadatan. Juga pemikiran tasawuf dalam berbagai bentuknya. Sebuah dinamika alamiah, rotasi mekanisme manusia tetap berjalan menuju kemuliaanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: