Diskusi Politik Dinasti, Jadi Perdebatan Serius di Kota Tegal

Diskusi Politik Dinasti, Jadi Perdebatan Serius di Kota Tegal

Moderator dan narasumber menggelar diskusi bertema politik dinasti di pelataran Sastra Piek Tegal.--Harian Pagi Radar Tegal

DISWAY JATENG - Pembahasan politik dinasti, masih menjadi topik pembahasan menarik. Terbukti, dalam diskusi sejumlah aktivis dan budayawan di Tegal dan Brebes.

 

Hal itu, terungkap pada diskusi yang digagas budayawan Atmo Tan Sidik dan Dyanindra Sukmara, di Pelataran Sastra Piek Tegal, Minggu (5/11) sore.

 

Diskusi tersebut, dipandu Lutfi AN sebagai moderator dan mengundang sejumlah narasumber berkompeten. Seperti, anggota Dewan Kesenian Pemalang Iwang, pegiat Literasi Kustoro Why, Asifudin dan lainnya.

 

Mantan Ketua KPU Brebes Muamar Riza Pahlevi yang menyatakan tidak ada masalah terkait politik dinasti. Sebab, dalam sistem demokrasi ini berhasil atau tidaknya langkah politik sangat tergantung pada rakyat.

 

BACA JUGA:Pendidikan Politik di Kota Tegal Sasar Sekolah Menengah

 

"Politik dinasti menjadi salah satu strategi, bisa jadi berhasil, bisa juga gagal. Politik dinasti, memang cukup efektif karena sekali dayung bisa dua atau tiga pulau terlampaui," ungkap Reza mulai membuka diskusi.

 

Eksistensi keberlangsungan politik dinasti, lanjut dia, juga sangat bergantung pada rakyat yang punya hak pilih. Menurutnya, masyarakat sebagai pemilih bisa memilih opsi menggunakan hak suaranya atau tidak.

 

Yakni jika memang tidak punya kapasitas jangan dipilih. Namun, kalau bagus kenapa tidak memberikan dukungan.

 

Sementara itu, Lutfi AN menyoroti rangkaian proses yang terjadi saat ini. Bahkan, ia beranggapan dalam kasus yang terjadi saat ini sama dengan Neo Orde Baru.

 

Artinya, pola-pola orde baru yang dilakukan Jokowi saat masih menjabat presiden. Terkesan memberikan jalan pintas, untuk memudahkan anaknya mencapai kekuasaan. Termasuk, menyoroti etika politik yang sedang terjadi sekarang.

 

"Dalam proses politik saat ini, banyak terjadi pelanggaran etika politik. Itu, yang terkesan menjadi sorotan banyak pihak," jelasnya.

 

Ki Haryo Enthus Susmono, yang hadir sebagai narasumber juga ikut menyoal fenomena politik dinasti dari kaca mata pewayangan. Layaknya dalam cerita negara Astina, ada klan Pandawa dan Kurawa yang berebut kekuasaan.

 

BACA JUGA:Partai Politik Diminta Patuhi PKPU, Belum Masa Kampanye

 

Sedangkan, Kurawa digambarkan sebagai tokoh yang tidak baik dan kontradiktif dengan Pandawa sebagai tokoh protagonis.

 

Narasumber lainnya, Atmo Tan Sidik menambahkan, fenomena politik dinasti ini sangat menarik untuk dikaji. Apalagi, jika dilihat dari berbagai sisi dan melibatkan banyak pelaku politik praktis di lapangan.

 

Kajian politik dan budaya, ini perlu terus dilakukan, agar rakyat mendapat gambaran dan pencerahan dari berbagai sisi. Terlebih, diskusi ini melibatkan banyak sumber mulai mantan birokrat, ada mantan ketua partai, ada mantan penyelenggara pemilu dan seniman. (syf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: