Patut Dicontoh, SMP Negeri 1 Slawi Panen Hasil Karya P5

Patut Dicontoh, SMP Negeri 1 Slawi Panen Hasil Karya P5

DUKUNGAN - Kepala SMP Negeri 1 Slawi memberi dukungan kepada siswa didiknya di ajang panen karya P5. Foto : Hermas Purwadi/Radar Slawi--

DISWAYJATENG, SLAWI -  Bentuk kepedulian terhadap permasalahan sampah di Kabupaten Tegal dilakukan warga SMP Negeri 1 SLAWI. Melalui program yang mendukung pengurangan sampah, terutama sampah yang sulit terurai. Selaras dengan hal ini, melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang bertema ‘Gaya Hidup Berkelanjutan’. Siswa-siswi didorong untuk memiliki kesadaran dalam memanfaatkan sampah plastik agar bisa menjadi kerajinan yang memiliki nilai estetik dan nilai ekonomis setelah diolah kembali.

Kepala SMP Negeri 1 Slawi Mujiarti MPd menyatakan, panen hasil karya P5 kali ini menjadi media kepedulaian siswa didiknya. Terhadap keberlangsungan sampah-sampah yang menggunung dan tidak dapat dengan mudah terurai. Jangan sampai karena kelalaian akan berdampak buruk kepada lingkungan 10 hingga 20 tahun yang akan datang. Kebiasaan membuang sampah tanpa dipilah organik dan nonorganik akan sangat berpengaruh pada pencemaran lingkungan. 

“Mari kita lihar dari sisi lain, sampah organik bisa diolah menjadi ecoenzym dan sampah nonorganik bisa kita ubah menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis kembali," ujarnya.

Dari limbah sampah plastik tersebut, lahirlah kostum karnival yang dibuat siswa secara berkelompok selama kurang lebih dua minggu. Sampai menjadi satu stel kostum yang unik dan menarik. 

"Bahan yang digunakan diantaranya yaitu plastik kresek bekas, botol minum bekas, koran bekas, sterofom bekas, sisa paralon bekas, dan lainnya . Berkat pengarahan dari wali kelas dan pembimbing P5 tercipta kostum karnival yang eco friendly," cetusnya.

Terpisah,  koordinator P5 kelas VIII Ulta Luthviana SPd   mengaku bahwa dengan adanya kesadaran akan bahaya sampah plastik yang semakin banyak setiap hari. Siswa kelak akan menjadi pribadi yang lebih kritis tentang hal yang berkaitan dengan hal ini. 

"Mereka harus bisa menjadi agent perubahan di lingkungan masing-masing supaya kesadaran 3R bisa dipraktikan dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya dan lebih jauh lagi," ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: