Orang Tua Wajib Tahu, Kenali Gejala dan Solusi Hipertensi Pada Anak!
--DISWAY JATENG.ID ADHD atau Attention Deficiency and Hyperactivity Disorder adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Anak dengan ADHD seringkali mengalami masalah dalam belajar, b
DISWAY JATENG.ID ADHD atau Attention Deficiency and Hyperactivity Disorder adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Anak dengan ADHD seringkali mengalami masalah dalam belajar, berinteraksi, dan berperilaku di rumah maupun di sekolah. ADHD merupakan salah satu gangguan perkembangan yang paling umum terjadi pada anak-anak dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Apa Penyebab ADHD?
Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh, seperti:
- Faktor genetik. ADHD dapat diturunkan dari orang tua ke anak. Anak yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan ADHD memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan ini.
BACA JUGA:Meratakan Perut Buncit dengan 6 Olahraga Ini, Dijamin Ampuh!
- Faktor lingkungan. Paparan zat kimia, polusi udara, rokok, alkohol, atau obat-obatan selama kehamilan dapat meningkatkan risiko ADHD pada janin. Selain itu, trauma, stres, kekerasan, atau kurangnya stimulasi pada masa kanak-kanak juga dapat mempengaruhi perkembangan otak dan menyebabkan ADHD.
- Faktor biologis. Gangguan pada struktur atau fungsi otak, terutama di bagian prefrontal cortex yang bertanggung jawab atas perencanaan, pengendalian diri, dan perhatian, dapat menyebabkan ADHD. Selain itu, ketidakseimbangan neurotransmiter seperti dopamin dan norepinefrin juga dapat mempengaruhi aktivitas otak dan menyebabkan ADHD.
Siapa yang Terkena ADHD?
ADHD dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, ras, etnis, atau status sosial ekonomi. Namun, ada beberapa kelompok yang lebih rentan terkena ADHD, yaitu:
- Anak laki-laki. Anak laki-laki lebih sering didiagnosis dengan ADHD daripada anak perempuan. Hal ini mungkin karena gejala hiperaktif dan impulsif lebih mudah terlihat dan mengganggu pada anak laki-laki. Anak perempuan cenderung memiliki gejala kurang perhatian yang lebih sulit dideteksi dan seringkali dianggap sebagai malas atau ceroboh.
- Anak prematur. Anak yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ADHD. Hal ini mungkin karena otak mereka belum berkembang secara sempurna dan rentan terhadap gangguan.
BACA JUGA:Bukan hanya Kayunya Saja, Ini Dia 4 Khasiat Buah Mahoni untuk Kesehatan
- Anak dengan gangguan lain. Anak dengan gangguan perkembangan lain seperti autisme, disleksia, atau gangguan belajar memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ADHD. Hal ini mungkin karena adanya kesamaan dalam faktor penyebab atau gejala antara gangguan-gangguan tersebut.
Bagaimana Mengenali dan Mengatasi ADHD?
ADHD dapat didiagnosis oleh dokter spesialis anak atau psikiater anak dengan menggunakan kriteria diagnostik yang telah ditetapkan oleh American Psychiatric Association (APA) dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Kriteria tersebut meliputi:
- Adanya pola perilaku kurang perhatian dan/atau hiperaktif-impulsif yang tidak sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak.
- Perilaku tersebut mulai muncul sebelum usia 12 tahun dan berlangsung selama setidaknya 6 bulan.
- Perilaku tersebut menimbulkan gangguan dalam dua atau lebih aspek kehidupan anak, seperti di rumah, di sekolah, atau di tempat lain.
- Perilaku tersebut tidak disebabkan oleh kondisi medis lain, obat-obatan, atau zat psikoaktif.
ADHD dapat ditangani dengan menggunakan kombinasi antara terapi perilaku, terapi psikologis, dan obat-obatan. Terapi perilaku bertujuan untuk mengubah perilaku negatif menjadi positif dengan menggunakan penguatan, hukuman, atau kontrak. Terapi psikologis bertujuan untuk membantu anak mengatasi masalah emosional, sosial, atau akademik yang berkaitan dengan ADHD dengan menggunakan teknik seperti konseling, terapi kelompok, atau terapi kognitif. Obat-obatan bertujuan untuk mengurangi gejala ADHD dengan mempengaruhi aktivitas neurotransmiter di otak. Obat-obatan yang biasa digunakan adalah stimulan seperti metilfenidat atau amfetamin, atau non-stimulan seperti atomoksetin atau guanfasin.
BACA JUGA:Ini Dia 5 Manfaat Buah Kelengkeng untuk Kesehatan Tubuh Kita
ADHD merupakan gangguan perkembangan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak dan orang tua. Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan mengatasi ADHD sejak dini agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Jika Anda memiliki anak yang diduga mengalami ADHD, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau psikiater anak untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: