Pengawasan Lemah, Aksi Bullying Kembali Terjadi di Sekolah Dasar Sragen
Ilustrasi aksi bullying terhadap anak sekolah (ilustrasi)--Mukhtarul Hafidh / diswayjateng.com
SRAGEN, diswayjateng.com — Isu kekerasan dan perundungan (bullying) kembali mencuat di lingkungan pendidikan dasar Kabupaten Sragen. Di tengah sorotan nasional terhadap fenomena ini, SDN Ngepringan 3, Kecamatan Jenar, justru dinilai kurang serius menangani insiden yang melibatkan sejumlah murid. Keluhan orang tua mengemuka, menuding lemahnya pengawasan sekolah memicu insiden berulang.
Kasus terbaru yang mengkhawatirkan terjadi pekan lalu. Indra Prabowo, salah satu orang tua murid, mengungkapkan bahwa dua anak menjadi korban perundungan oleh teman sekelas. "Kemarin ada seorang anak di-bullying, inisial R, dan anak saya sendiri, Brian Pratama Wijaya (BWP) , kelas 2 SD," ujar Indra, warga Ngepringan, Jenar.
Menurut Indra, insiden bermula dari perselisihan saat bermain kartu mainan, yang lantas berujung pada aksi kekerasan fisik. Anak yang terlibat berjumlah hingga sebelas anak. "Ada unsur dicakar dan dijotos," tambahnya.
Pada kejadian pertama pihaknya diam. Namun kejadian kedua minggu lalu, pihaknya coba untuk menemui pihak sekolah. "Kejadian di sekolah, kejadian pertama sudah saya toleransi. Yang kedua ini saya datangi ke sekolah karena segi pengawasan juga masih kurang," kata Indra.
Kekesalan Indra memuncak lantaran respon pihak sekolah yang dinilai defensif. Pihak sekolah berdalih insiden terjadi saat jam istirahat. Namun, bagi Indra, alasan itu tak dapat diterima. Ia mendesak sekolah untuk meningkatkan pengawasan secara menyeluruh.
"Dalam pengawasan harusnya ada terus, ini ada bullying 11 orang. Tidak tiba-tiba anak pulang sekolah menangis akibat kejadian di sekolah," tegasnya.
Dia bahkan menyoroti adanya dugaan banyaknya jam kosong dan guru yang "hanya mengobrol'' di kantor. Sehingga pengawasan dan belajar tidak efektif.
Indra, berharap insiden ini menjadi alarm keras bagi SDN Ngepringan 3 Jenar. "Intinya mendesak sekolah untuk pengawasan ke siswa tidak hanya jagongan aja di kantor. Pengawasan siswa harus ditingkatkan," pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Wali Kelas, Mariman, membenarkan bahwa insiden tersebut terjadi pada jam istirahat. "Iya, itu pas istirahat saya ke kantor, lagi istirahat minum," ujarnya.
Mariman mencoba mereduksi insiden pengeroyokan tersebut, menyebutnya hanya "rebutan gambar mainan." Terkait tindak lanjut, Mariman berjanji akan memberikan edukasi dan pengarahan kepada anak-anak yang terlibat. "Langkah ke depan akan memperbaiki dan lebih hati-hati pada anak. Nanti anak yang bersangkutan kami beri pengarahan untuk hari selanjutnya tidak berbuat seperti ini lagi," dalihnya.
Namun, sikap meremehkan insiden yang melibatkan pengeroyokan oleh sebelas anak ini dikhawatirkan tidak akan memberikan efek jera yang memadai. Baik bagi para pelaku maupun bagi sekolah sebagai institusi yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kenyamanan siswa.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: