Seniman Asal Tegal Eko Tunas Turun Gunung Ngruwat Indonesia

Seniman Asal Tegal Eko Tunas Turun Gunung Ngruwat Indonesia

MONOLOG - Eko Tunas membawakan Monolog Gonggoman Brayan dalam acara Silaturahmi Bersama Anggota Komisi II DPR RI Wahyudin Noor Aly.Foto:K Anam S/diswayjateng.id--

TEGAL, diswayjateng.id - Pemilihan Umum (Pemilu) yang sejatinya merupakan sarana memperkuat persatuan justru meninggalkan jejak perpecahan di dalam masyarakat. Kondisi ini mengundang keprihatinan dari seniman asal TEGAL, Eko Tunas. seniman yang kini tinggal di Semarang itu “turun gunung” lewat Monolog Gonggoman Brayan dalam acara Silaturahmi Bersama Anggota Komisi II DPR RI Wahyudin Noor Aly yang digelar di Premiere Hotel TEGAL.

Seperti ungkapan terkenal yang menyebutkan bahwa “jika politik itu kotor, maka seni akan membersihkannya,” budayawan Tegal Atmo Tan Sidik menilai apa yang ditampilkan Eko Tunas adalah upaya untuk meruwat Indonesia. Di tengah carut-marut keindonesiaan saat ini, menurut Atmo, Indonesia membutuhkan ventilasi yang bernama seni. “Jadi, ini adalah monolog Eko Tunas untuk ruwat Indonesia,” sebut Atmo.

Eko Tunas sendiri menegaskan, sebagai seorang seniman, dirinya tergerak untuk merekatkan kembali persatuan sesama anak bangsa yang telah terpecah belah, melalui seni. “Melalui seni, kami ingin merekatkan kembali perpecahaan. Kami bersama-sama teman-teman bergerak dari kota ke kota,” kata seniman yang tampil bermonolog dengan mengenakan kaos oblong dan berpeci, serta membawa kain sarung.

Anggota Komisi II DPR RI Wahyudin Noor Aly yang berasal dari Fraksi PAN mengatakan, kesuksesan Pemilu diidentikkan dengan tingginya partisipasi pemilih. Namun, itu sesungguhnya keliru, karena yang terjadi bukannya kesadaran warga untuk memberikan hak pilih, namun karena mobilisasi. Goyud, sapaan akrab Wahyudin Noor Aly, menyebut ini sebagai penyakit kronis pemilih Indonesia.

BACA JUGA:Membingkai Potret Budaya Kudus Masa Lalu, Seniman Jateng dan DIY HadirkMuseum Rakyat di Pegunungan Muria

BACA JUGA:DKKT Akomodir Kreativitas Seniman Muda

“Karena itu, sudah saatnya seniman tampil untuk memberikan pencerahan hati agar terwujud Pemilu yang bermartabat,” ungkap Goyud. 

Selain itu, Goyud menegaskan peran Badan Pengawas Pemilu dalam memberikan sosialisasi penting sekali. Sebab, ada riset yang menyebutkan bahwa pola pemilih di Indonesia tidak akan berubah jika tidak mengubah strategi sosialisasinya. Untuk itu, Goyud memandang strategi yang tepat adalah memotong generasi pemilih. “Saya mengusulkan sosialisasi banyak dilakukan ke pemilih pemula,” terang Goyud. 

Acara ini didahului dengan Sosialisasi dan Penguatan Perawatan Partisipatif dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Umum oleh Badan Pengawas Pemilu, juga dimeriahkan penampilan pembacaan puisi oleh Siswa Kelas 9 MTs Husnul Khotimah Kuningan Fayza Alya Nadiva, yang merupakan Juara 1 Cipta Baca Puisi yang diselenggarakan BEM STIMIK YMI Tegal, 28 Juni 2025 lalu. Fayza membawakan puisi “Perang Dunia: Ketika Manusia Melupakan Cinta.” 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: