SEMARANG, Diswayjateng.com — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang terus mengintensifkan program penghijauan sebagai langkah antisipasi meningkatnya polusi udara di wilayah perkotaan. Upaya ini difokuskan pada kawasan pusat kota dan sejumlah titik yang dinilai rawan paparan emisi kendaraan bermotor.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Ling Safrinal Sofaniadi, menyampaikan bahwa secara umum kualitas udara di Ibu Kota Jawa Tengah masih berada dalam kategori aman. Meski demikian, potensi penurunan kualitas udara tetap ada seiring pertumbuhan aktivitas dan volume kendaraan.
“Kualitas udara di Semarang saat ini masih aman, tetapi ke depan bisa saja memburuk akibat meningkatnya gas buang kendaraan. Karena itu, kami dorong penghijauan dengan tanaman peneduh yang mampu menekan emisi karbon,” ujarnya kepada Diswayjateng id, Jumat, 19 Desember 2025.
Menurut Safrinal, penanaman vegetasi akan diprioritaskan di area dengan tingkat polusi tinggi. Selain berfungsi sebagai peneduh, beberapa jenis tanaman diketahui efektif menyerap karbon dan meningkatkan kualitas udara.
BACA JUGA:DLH Ungkap Penyebab Air Hujan Semarang Tercemar Mikroplastik: Polusi hingga Pembakaran Sampah
“Nanti kita perbanyak penghijauan di titik-titik rawan polusi, karena ada beberapa jenis tanaman yang bisa menekan emisi karbon sekaligus berfungsi sebagai peneduh,” jelasnya.
Selain penghijauan, Pemerintah Kota Semarang juga mendorong optimalisasi sektor transportasi. DLH berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan agar layanan angkutan umum semakin aman dan nyaman sehingga masyarakat tertarik meninggalkan kendaraan pribadi.
Berdasarkan pemantauan, lonjakan polusi udara di Kota Semarang kerap terjadi pada jam sibuk, terutama pagi hari saat warga berangkat kerja dan sore hari ketika arus pulang meningkat. Kondisi tersebut diharapkan dapat ditekan melalui peningkatan penggunaan transportasi umum dan ruang terbuka hijau.
“Kalau melihat data secara keseluruhan, pusat kota memang cenderung memiliki tingkat polusi lebih tinggi. Itu yang akan kita upayakan untuk dikurangi agar kualitas udara Semarang semakin baik,” paparnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Semarang Kadar Lusman turut mendorong pemerintah daerah mengambil langkah strategis dalam menekan emisi karbon, meskipun kualitas udara saat ini belum masuk kategori darurat.
“Kalau melihat data DLH saat ini, kualitas udara di Semarang masih aman, belum darurat polusi,” kata Kadar Lusman, Kamis (18/12).
Salah satu perhatian DPRD adalah kondisi armada Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang yang dinilai sudah berusia cukup tua dan berpotensi menyumbang emisi tinggi.
“Koridor BRT kita ada sekitar delapan. Hampir semua armadanya sudah di atas lima tahun, sehingga perlu dievaluasi karena berpotensi meningkatkan polusi,” ungkap pria yang akrab disapa Pilus.
Ia juga mengusulkan agar Pemkot Semarang berkoordinasi dengan pemerintah provinsi serta daerah sekitar untuk menyiapkan kantong parkir atau shelter di kawasan perbatasan kota. Skema tersebut memungkinkan pekerja memarkir kendaraan pribadi sebelum melanjutkan perjalanan menggunakan transportasi umum menuju kawasan industri.
“Selain mengurangi polusi, langkah ini juga menekan risiko kecelakaan. Banyak pekerja yang berangkat dan pulang menggunakan sepeda motor bersamaan dengan truk besar, itu sangat berbahaya,” ujarnya.