"Ini bukan sekadar gelang, tapi simbol persaudaraan lintas keyakinan," tuturnya
Bhante Wawan, satu-satunya biksu asal Indonesia yang tergabung dalam rombongan, menyampaikan kekaguman atas sambutan masyarakat.
"Orang-orangnya masih seperti dulu, ramah dan senyumnya tulus," ucapnya.
Menurutnya, Batang memberikan energi baru bagi rombongan setelah perjalanan panjang melewati jalan-jalan panas dan berbatu.
Bhante juga menceritakan bahwa di setiap titik singgah, mereka disuguhi makanan ringan, buah segar, dan minuman sehat untuk menjaga stamina tubuh.
"Di sini kami dijamu dengan sangat manusiawi, makanan sederhana tapi penuh kehangatan," lanjutnya
Ritual Thudong bukan sekadar jalan kaki.
Ia adalah simbol kesunyian, disiplin, dan ketulusan—nilai-nilai yang kini semakin langka di tengah dunia yang bergerak cepat.
Setiap langkah mereka adalah doa, setiap peluh yang jatuh adalah persembahan untuk dunia yang lebih damai.
Para biksu ditargetkan tiba di Candi Borobudur pada 12 Mei 2025 untuk mengikuti puncak perayaan Waisak.