10 Tradisi Jawa Tengah yang Menjadi Warisan Budaya dan Makna Filosofisnya

Minggu 22-12-2024,23:00 WIB
Reporter : Alisa Septiana Zulfa
Editor : Rochman Gunawan

Makna Filosofis: Ruwatan mencerminkan keyakinan bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh karma atau nasib, dan ritual ini berfungsi sebagai sarana untuk membebaskan diri dari hal-hal negatif serta memulihkan keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual.

5. Upacara Sadranan

Sadranan adalah tradisi ziarah kubur yang dilakukan pada bulan Ruwah (bulan sebelum Ramadan) untuk mendoakan arwah para leluhur. Masyarakat akan membersihkan makam, menaburkan bunga, dan melaksanakan doa bersama sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. 

Makna Filosofis: Tradisi ini mencerminkan rasa hormat kepada para leluhur dan keyakinan akan pentingnya menjaga hubungan antara yang hidup dan yang telah meninggal, serta menunjukkan pentingnya keseimbangan antara dunia dan alam akhirat.

BACA JUGA:Mengenal 5 Lagu Daerah Jawa Tengah Beserta Liriknya

BACA JUGA:10 Permainan Tradisional Jawa Tengah yang Menemani Masa Kecil

6. Upacara Siraman  

Upacara Siraman merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan sebelum pernikahan dalam rangkaian adat pernikahan Jawa. Dalam prosesi ini, calon pengantin dimandikan dengan air yang diambil dari tujuh sumber mata air, disertai dengan kembang tujuh rupa.  

Makna Filosofis: Siraman melambangkan proses penyucian diri dari segala dosa dan hal-hal negatif sebelum memasuki babak baru dalam kehidupan. Air diartikan sebagai simbol kehidupan dan pembersihan, sedangkan angka tujuh melambangkan keberkahan dan kebaikan.  

7. Upacara Slametan

Slametan merupakan salah satu upacara adat yang paling sering dijumpai di Jawa, dilaksanakan dalam berbagai momen penting seperti kelahiran, pernikahan, kematian, pembangunan rumah baru, dan peristiwa penting lainnya.

Dalam upacara ini, makanan disiapkan dan didoakan untuk keselamatan, kesejahteraan, serta keberkahan bagi keluarga dan lingkungan sekitar. 

Makna Filosofis: Slametan mencerminkan nilai-nilai harmoni sosial dan spiritual dalam masyarakat Jawa. Melalui doa bersama dan berbagi makanan, masyarakat berharap untuk mendapatkan keberkahan dan keselamatan, serta menjaga keseimbangan antara individu, komunitas, dan kekuatan alam semesta.

8. Upacara Wiwitan

Wiwitan adalah ritual adat yang dilaksanakan sebelum panen padi sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil bumi. Para petani melaksanakan upacara ini dengan membawa sesaji yang diletakkan di sawah sebagai persembahan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan pertanian dalam tradisi masyarakat Jawa. 

Makna Filosofis: Wiwitan melambangkan rasa syukur atas anugerah alam dan rezeki yang diterima. Upacara ini mencerminkan hubungan yang erat antara manusia dan alam, serta keyakinan bahwa alam semesta perlu dihormati dan dirawat agar dapat terus memberikan kehidupan.

9. Popokan

Dikenal juga sebagai Perang Lumpur Sendang, popokan adalah ritual yang dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat di Desa Sendang, Semarang, Jawa Tengah. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur atas panen padi yang berlimpah dan simbol pembersihan untuk menangkal roh jahat dan membawa kesejahteraan.

Puncak dari tradisi Popokan adalah perang lumpur, para peserta saling melempar lumpur yang melambangkan kesuburan dan kelimpahan. Adapun rangkaian acara ini dimulai dari persiapan sebelum popokan, lalu prosesi yang diiringi dengan alunan musik.

Lalu diikuti dengan perang lumpur dan tumpengan. Tradisi ini akan sangat meriah karena dilengkapi dengan pertunjukan musik dan makan bersama. Tujuan dari popokan adalah sebagai pengungkapan rasa syukur, semangat, dan tentunya melestarikan budaya.

10. Upacara Sekaten  

Sekaten adalah upacara yang diselenggarakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara ini biasanya berlangsung di keraton Yogyakarta dan Surakarta, dengan iringan tabuhan gamelan sekaten yang diyakini dapat mendatangkan keberkahan dan menjauhkan dari malapetaka.  

Kategori :