JATENG.DISWAY.ID - Jerman telah melaporkan kasus pertama varian baru monkeypox atau mpox, menurut informasi dari Robert Koch Institute (RKI) yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat. Otoritas kesehatan menegaskan bahwa risiko bagi masyarakat umum saat ini masih tergolong rendah.
Varian berbahaya clade Ib dari mpox terus menyebar. Jerman kini menjadi negara yang mendeteksi kasus mpox ini untuk pertama kalinya, berdasarkan laporan dari RKI. Dalam pernyataan yang dirilis pada Selasa (22/10), disebutkan bahwa kasus ini merupakan penularan yang berasal dari luar negeri dan teridentifikasi pada 18 Oktober.
BACA JUGA:Jambore Kader Kesehatan Kota Tegal Tahun 2024 Resmi Dibuka
"RKI saat ini menilai bahwa risiko terhadap kesehatan masyarakat di Jerman adalah rendah," ungkap mereka, sambil menambahkan bahwa pemantauan situasi akan terus dilakukan dan penilaian akan disesuaikan jika diperlukan, seperti yang dilaporkan oleh ABCNews pada Rabu (23/10/2024).
Kasus di Jerman menjadi yang kedua tercatat di Eropa, setelah wabah serius strain mpox di Afrika awal tahun ini menimbulkan kekhawatiran. Swedia menjadi negara pertama yang terhubung dengan wabah klade Ib dari Afrika di luar benua tersebut pada 16 Agustus. Pakistan, Thailand, dan Filipina juga melaporkan kasus di luar Afrika.
Dalam pernyataannya, RKI mengonfirmasi bahwa varian baru virus ini terdeteksi untuk pertama kalinya di Jerman pada 18 Oktober, dengan pasien yang terinfeksi di luar negeri. Lembaga tersebut juga menekankan bahwa penularan memerlukan kontak fisik yang dekat.
Otoritas kesehatan menegaskan bahwa "saat ini mereka menilai risiko terhadap kesehatan masyarakat di Jerman rendah," dan menyatakan komitmen untuk terus memantau situasi serta menyesuaikan penilaian jika diperlukan.
RKI menjelaskan bahwa penularan varian baru mpox terutama terjadi melalui kontak fisik yang dekat dengan individu yang terinfeksi virus tersebut. Laporan tersebut juga mengingatkan bahwa pada Mei 2022, saat penyebaran mpox di luar Afrika pertama kali terdeteksi, infeksi lebih banyak ditularkan melalui "kontak seksual antara pria yang berhubungan seks dengan pria."
BACA JUGA:Paslon Wali Kota Tegal Uyip-Satori Gelar Pengobatan Gratis, Komitmen Permudah Layanan Kesehatan
Peningkatan kasus penyakit ini terlihat di beberapa negara Afrika pada bulan Agustus, khususnya di Republik Demokratik Kongo, yang mendorong Organisasi Kesehatan Dunia untuk menetapkan mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
Walaupun lebih dari 120 negara telah melaporkan kasus dari dua varian virus ini menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, varian yang sangat mengkhawatirkan, yang dikenal sebagai clade 1b, sejauh ini hanya terdeteksi di beberapa negara di luar Kongo, termasuk India, Thailand, dan Swedia.
WHO menyatakan bahwa clade 1b lebih menular dan lebih berbahaya dibandingkan varian sebelumnya, namun para ahli kesehatan masyarakat menegaskan bahwa data yang ada saat ini masih terlalu sedikit untuk mendukung pernyataan tersebut.
Gejala mpox meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot dan punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, serta perubahan kulit yang dimulai dengan bintik-bintik, berkembang menjadi pustula yang akhirnya mengeras dan rontok. Meskipun penyakit ini umumnya ringan bagi banyak orang, dapat berakibat fatal bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.
BACA JUGA:Hari Dokter Nasional 2024: Menyongsong Babak Baru Pelayanan Kesehatan di Bawah Kepemimpinan Baru
Virus ini pertama kali diidentifikasi sebagai penyakit yang terpisah pada tahun 1958 di antara monyet laboratorium di Denmark dan dikenal dengan nama 'Cacar Monyet'. Kasus manusia pertama yang tercatat terjadi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, Liberia, dan Sierra Leone. Ketika penyakit ini mulai menyebar dengan cepat pada akhir tahun 2022, WHO mengubah nama penyakit ini menjadi mpox untuk menghindari "bahasa yang rasis dan menstigmatisasi."