Sang ayah, saat muda, seorang sopir. Pegawai Pemda. Ia sopir pejabat pemerintah di Bengkulu.
Tapi ia orang Minang.
Ia pilih berhenti. Ia menyukai mesin mobil. Ia bisa memperbaiki kerusakan apa pun. Maka, daripada berhenti, ia dipindah ke bagian perbengkelen di Pemda. Zaman itu semua Pemda punya bengkel mobil sendiri.
Ia jadi kepala bengkel.
Statusnya tetap pegawai.
Ia orang Minang.
Ia berhenti.
Sang ayah bersatu dengan kakaknya. Mereka membeli bus kecil. Elf. Bus mereka terus bertambah. Berkembang lagi ke bus besar. Terus pula bertambah.
Lalu pecah kongsi.
Sang ayah mendirikan SAN.
Kurnia lahir.
Nakal.
Sekolahnya ogah-ogahan. Untung bisa tamat SMP.
Sejak SMP, Kurnia sudah lebih senang ''sekolah'' di bus. Ia ikut perjalanan jauh Bengkulu-Jakarta. Dan ke mana saja bus ayahnya berkelana. Syukurlah di Jakarta Kurnia sempat lulus STM.
Mengapa bus Bengkulu ini bernama Siliwangi?
Zaman itu di penyeberangan Merak-Bakauheni begitu banyak preman. Dalam persaingan antarpreman pun yang kalah pengusaha. Apalagi banyak oknum di dalam preman itu.