"Harga beli Rp 1.600 itu baru bisa terjadi kalau harga CPO Rp 8.000/kg. Padahal harga CPO sekarang hanya Rp 6.000," ujar Eddy.
Maka begitu sulit menyeimbangkan antara kepentingan konsumen minyak goreng dan petani produsen sawit. Hanya suara konsumen minyak goreng biasanya lebih nyaring tersiar di media.
Anda pun masih ingat: tidak mudah menurunkan harga minyak goreng waktu itu. Sampai membawa korban dicopotnya menteri perdagangan yang Anda melarang saya menyebutkan namanya itu.
Kini, memperbaiki harga jual petani sawit kelihatannya lebih sulit lagi. Mungkin tidak akan bisa hanya dengan satu video. Perlu lima. Lima-limanya sapujagad. Ada unsur harga pupuk dan kimia di dalamnya. Jangan-jangan sampai perlu diterbitkan kartu MyPupuk bagi petani sawit.
Harga pupuk memang sulit diturunkan. Sepanjang kita masih terus mengandalkan pupuk kimia, harganya akan terus terkait dengan harga migas.
Saya sudah bicara dengan banyak petani. Juga pengusaha. Sejauh ini belum muncul usulan yang cespleng –yang bisa memperbaiki harga beli buah sawit dalam waktu singkat. Semua muara masih ke ekspor itu.
Apakah ada eksporter yang ngambek? Masih marah dengan larangan tiba-tiba itu? Sampai ada yang harus jadi tersangka? Kelihatannya tidak. Keinginan ngambek selalu kalah sama cuan. Jadi memang lebih sulit. Apalagi kali ini, soal petani sawit ini, kita tidak bisa menyalahkan perang di Ukraina. (Dahlan Iskan)