Ritme Putin

Senin 04-07-2022,08:13 WIB
Reporter : Rochman Gunawan
Editor : Rochman Gunawan

Perkuatan NATO itulah yang bikin Putin menyerang Ukraina. Itu dianggap ancaman nyata bagi Rusia. Apalagi kalau negara satu ranjangnya dulu, Ukraina, diterima sebagai anggota baru NATO.

 

Tentu banyak orang Amerika yang marah pada Biden. Harga BBM sekarang ini sudah di atas USD 5/galon. Lebih dua kali lipat dari masa pemerintahan Donald Trump.

 

"Harusnya Biden membuat Amerika mandiri energi," ujar pengamat di sana. "Bukalah  semua tanah federal. Gali minyaknya," katanya.

 

Tapi Biden dikenal anti pengeboran minyak baru. Ia melancarkan perang terhadap penggunaan energi fosil. Amerika harus mengarah ke green energi. "Akhirilah perang pada sumber energi lama," kata yang anti Biden.

 

Presiden Ukraina sendiri, Zelenskyy, terus saja mengeluhkan kurangnya bantuan dari Barat. Baik logistik maupun peralatan perang.

 

Padahal Amerika telah membantu Ukraina USD 54 miliar. Hampir Rp 1.000 triliun. Sejak awal perang. Baru tiga bulan. Betapa besarnya kalau sampai satu tahun belum selesai.

 

Inggris berjanji menambah USD 1,2 miliar lagi: dalam bentuk peralatan perang. Angka-angka itu pada akhirnya akan dipersoalkan oleh rakyat masing-masing.

Apalagi Rusia kini mengatur ritme perang. Putin tidak lagi menggempur ibu kota Kiev. Sesekali saja Kiev dirudal –ketika G7 ber-KTT di Jerman. Lalu Odesa dirudal –ketika pimpinan NATO berkumpul di Spanyol.

 

Jadi jelaslah serangan-serangan baru itu bukan untuk mengejek Presiden Jokowi. Memang itu dilakukan sesaat setelah bertemu Presiden Indonesia. Tapi bukan. Serangan baru itu semata-mata untuk mengejek G7 dan NATO.

Kategori :

Terkait

Senin 26-06-2023,03:22 WIB

Bulan BK

Sabtu 30-07-2022,08:33 WIB

Doa Gusti

Jumat 15-07-2022,05:31 WIB

Bukan Gugat

Rabu 13-07-2022,06:56 WIB

Lebih Sulit