Saya baru berani mendirikan koran di Banjarmasin setelah Djok sendiri menjual B-Post ke Kompas. Telat. Gara-gara tenggang rasa dengan teman itu saya telat masuk Kalsel. Saya pun tidak pernah berhasil mengalahkan B-Post.
Kisah yang sama terjadi di Denpasar, Bali, dan di Bandung. Saya tidak bikin koran di dua kota itu. Saya diwanti-wanti teman sekelas saya yang jadi wartawan di Bali Post: jangan bikin koran di Bali. Saya juga diminta pak Atang Ruswita, pendiri Pikiran Rakyat yang saya hormati, agar jangan masuk Bandung.
Itulah sebabnya saya juga telat bikin koran di Bali dan Bandung. Yakni setelah teman sekelas saya itu tidak bekerja lagi di Bali Post. Juga setelah Pak Atang Ruswita meninggal dunia.
Kini persaingan seperti itu tidak diperlukan lagi. Yang menyaingi dan yang disaingi sudah sama-sama sulit. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Disway Edisi 17 Juni 2022: Dua Tinggi
Yea A-ina
Ada Dua tinggi lainnya, sama-sama terjadi di masa kini. Tingginya rente SBN yang mencapai 6,74%, lebih tinggi dibandingkan SBN yang diterbitkan thailand "hanya" berbunga 2, 23%. Maka tidak mengherankan bila 20% APBN digunakan membayar bunga pinjaman saja. Rasanya cukup berat bagi keuangan sebuah negara bila membiayai kebutuhan belanja hanya dengan 80% pendapatannya. Situasi saat ini tak bisa dilepaskan dengan jumlah pinjaman PUBLIK yang tinggi pula, jumlahnya telah mencapai 9 ribu T. 7 ribu T dipinjam pemerintah dan 2 ribu T dipinjam oleh BUM pemerintah. Rasanya untuk mencapai angka 11 ribu T di akhir masa jabatan 2024, bukanlah hil yang mustahal, menurut almarhum Asmuni, pelawak srimulat tempo dulu.
Gambit H-1982
Catatan Editorial: # dulu = Bentuk tidak baku, dalam KBBI kita akan diarahkan ke lema "dahulu". Walakin ini selera penulis, termasuk Abah DI. # reshuffle = Di-Indonesia-kan menjadi "perombakan". # apa yang akan dilakukan untuk Papua. = Lebih jelahnya diberi kata ganti orang ketiga: "nya", pada verba "dilakukan". Dan ihwal akhir intonasi kalimat ini, rasanya lebih pas diberi "tanda tanya" (?). # sungai Baliem, sungai terpenting di Lembah Baliem. = Tak ada beda kaidah kapitalisasi antara frasa "sungai Baliem" dan "Lembah Baliem". Yang kedua layak menjadi rujukan, sedang yang pertama harusnya mengikuti. # mencalonkan diri sebagai Gubernur Papua. = Belum definit, "g"-nya tak perlu dicetak besar. # Hubungan kalah-menang itu mestinya sudah lebih cair. = Kata "lebih" agak mubazir. Konflik yang terjadi masih di ranah asumtif, jauh dari realitas. # John lulusan Akademi Pariwisata Manado dengan S1 = Efektifnya: John lulusan S-1 Akademi Pariwisata Manado, tanpa "dengan". # S1 dan S2 = Karena angka pengiri huruf kapital di sini tidak menyatakan "jumlah", melainkan "tingkatan", maka perlu adanya tanda hubung pemisah. # Kini, sebagai wakil menteri dalam negeri, John = Sudah resmi, jabatan tersebut perlu dikapitalkan, sebagai identitas. # ketua BKPM = Termasuk nama diri, kapitalkan huruf "k". Adapun BKPM, kata ini singkatan dari "Badan Kordinasi Penanaman Modal". # glamour = Sudah ada padanannya, yaitu "glamor". Beda tipis. Di antara artinya, tampak memikat. Demikian. Salam Jumat.
Fahmi Kadaffi
saya heran kalau ada aktivis atau pejabat atau politisi yang tidak tahu bahwa harga-harga sedang naik. sungguh-sungguh heran.....
Liam Then
Kopi sisa dikit. Nostalgia sedikit lagi. Waktu kecil main layangan. Di Pontianak orang Melayu pakai istilah "singit" . Kalau layangan pas di naikan hobinya miring ke kanan atau ke kiri. Fenomena ini akibat bilah bambu tidak diserut seimbang ,panjang sebelah, atau tarikan benang tak sama, lengkungan sayap jadi beda. Solusinya ; di tambahi rumput di satu sisi biar seimbang, supaya bisa terbang tinggi ,gampang di kendali. Sebelah timur RI tak cukup hanya seorang wakil menteri sebagai penyeimbang. Sudah saatnya di perhatikan. Bagaimana kalau menteri khusus percepatan pembangunan Indonesia timur. Kapal besar Republik Indonesia tak boleh senggiring. Oh ya, orang melayu Pontianak kalau melihat ada orang melakukan tindakan tak masuk akal : "Dia lagi singit"
Jokosp Sp
Tulisan Abah sudah benar, harapan para pembaca Disway sudah benar. Biasa - biasa saja itu juga sikap yang benar. Rasa pesimis sangat tinggi atas resufle menteri ini, terutama di menteri perdagangan. Kompetensi dan prestasinya tidak ada di urusan perdagangan. Hanya ketua partai dan wakil MPR yang kemarin juga diam. Kenapa harus masuk kelompok partai penguasa ? kan sudah ada pesaingnya di PAN sendiri. Partai Umat. Jadi mau - tidak mau harus cari pendukung atau perlindungan yang lebih kuat. Apalagi perolehan suara PAN 2024 jelas akan terbagi di dua partai tersebut. Itu sudah jadi perhitungan matang beliau ( mungkin ini saja kecerdasannya ). Apalagi yang sisa dua tahun, bisa cari modal memperkuat partai kalau bisa, dan ada keberuntungan. Untuk ngurusin harga gas naik, minyak goreng naik, harga - harga kebutuhan dasar di pasar naik, mana bisa dan berani ? Berani melawan para pabrikan minyak goreng, dan para distributor minyak goreng ???
Muin TV