Ribuan Warga Nayub Bareng Meriahkan Apitan Desa Sugihmanik di Grobogan

Suasana warga sedang nayub bareng dalam Merti Desa di Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (13 Mei 2025). (Dok. Pemdes Sugihmanik/diswayjateng.id)--
GROBOGAN, diswayjateng.id - Ribuan warga memeriahkan acara apitan di Balai Panjang Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Rangkaian acara digelar selama dua hari berturut-turut Senin - Selasa (12 - 13 Mei 2025). Ada tiga kegiatan utama, yakni karnaval hasil bumi dan budaya, pertunjukan wayang kulit pada malam hari, dan acara puncak adalah prosesi bersih sendang serta pertunjukan tari tayub.
Mulai dari anak-anak hingga orang tua tampak menikmati suasana Merti Desa yang merupakan salah satu tradisi dari desa tersebut. Bahkan, mereka rela berdesa-desakan agar bisa menonton pertunjukan tayub dari jarak dekat.
”Senang saja bisa lihat ledhek (penari tayub perempuan). Ini tradisi tahunan, dan saya selalu sempatkan datang ke sini walau tinggal di luar kota,” ungkap Sholikin (39), yang datang bersama keluarganya.
Menurut Kepala Desa Sugihmanik, Imam Santoso, Merti Desa merupakan tradisi turun-temurun yang berkaitan erat dengan sejarah kedatangan Sunan Kalijaga di desa setempat.
”Tradisi ini diyakini sudah ada sejak masa Sunan Kalijaga, ditandai dengan dua sendang bersejarah di desa kami, yakni Sendangsari dan Sendangmudal. Dahulu, rombongan Sunan Kalijaga berhenti dan memunculkan mata air dari batu besar,” jelasnya.
Imam melanjutkan, dari situlah warga percaya, tradisi itu membawa berkah dan menjaga ikatan spiritual dengan masa Kasunanan Demak. Masyarakat pun aktif terlibat dalam tiap rangkaian acara Merti Desa atau sedekah bumi.
”Antusiasme warga luar biasa, hadir di semua acara dan turut berkontribusi. Iuran per kepala keluarga sekitar Rp 30 ribu, ditambah dukungan dari pihak swasta serta dana desa sebesar Rp 25 juta,” imbuhnya.
Imam menuturkan, semangat gotong royong dan nilai budaya menjadikan Merti Desa tak hanya sebagai pesta rakyat, tetapi juga tradisi yang terus dijaga kelestariannya. Adapun tradisi tayub dipercaya warga sebagai simbol ungkapan syukur sekaligus juga wadah mempererat kebersamaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: