Cegah Transfusi Darah Seumur Hidup, Pemkab Batang Bakal Skrining Talasemia Gratis untuk Siswa Baru

Para anak penyintas talasemia Kabupaten Batang saat mengadakan sosialisasi di alun alun Kabupaten Batang beberapa waktu lalu--IST
Sistem ini memungkinkan pelibatan aktif wali murid dalam mengambil keputusan medis lebih awal jika ditemukan potensi talasemia pada anak mereka.
Program ini juga akan diperluas ke anak-anak usia 6 tahun, menjadikan Batang sebagai pelopor deteksi dini penyakit genetik sejak masa pendidikan dasar.
Ketua Perhimpunan Orang Tua Penyandang Talasemia Indonesia (POPTI) Kabupaten Batang, Nety Widjayanti, mengungkap bahwa saat ini sudah ada 41 penyandang talasemia di wilayahnya.
Namun, ia meyakini angka ini hanyalah puncak dari fenomena gunung es karena banyak warga belum sadar bahwa mereka membawa gen talasemia.
“Data ini belum mencerminkan kenyataan sebenarnya, karena banyak kasus belum terdeteksi. Ini yang kita khawatirkan,” ungkap Nety.
Kecamatan Bandar tercatat sebagai wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, yakni 12 orang, diikuti penyebaran di 14 kecamatan lainnya.
Program skrining ini tidak hanya berperan sebagai alat deteksi, tetapi menjadi penjaga masa depan anak-anak agar tidak terjebak dalam siklus transfusi darah seumur hidup.
Langkah pencegahan ini adalah bentuk komitmen pemerintah daerah untuk melindungi generasi berikutnya dengan pendekatan preventif, bukan reaktif.
Nety pun menyambut penuh optimisme langkah pemerintah, menyebutnya sebagai gerakan penyelamat generasi.
“Saya sangat mengapresiasi program skrining ini. Kalau semua pasangan tahu status genetiknya, kita bisa cegah lebih banyak anak dari takdir talasemia mayor,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: