Cemilan Krupuk Trowolo dan Gatot Masih Eksis di Tengah Kuliner Modern

Cemilan Krupuk Trowolo dan Gatot Masih Eksis di Tengah Kuliner Modern

Kuliner - Tini salah satu pengrajin olahan tradisional yang masih eksis di era kuliner modern--Mukhtarul Hafidh / diswayjateng.id

SRAGEN, diswayjateng.id - Salah satu jenis kuliner tradisional di Sragen yakni Kerupuk trowolo dan Gatot masih bertahan hingga saat ini ditengah melejitnya makanan modern.

Olahan yang berbahan dasar dari singkong ini ternyata masih mendapatkan tempat dilidah masyarakat. Bisnis ini pun menjadi ladang usaha potensial bagi para pelaku usaha produksi makanan bercitarasa gurih ini.

Seperti yang digeluti, Sugiman, salah satu warga Dusun Sunggingan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo yang masih eksis memproduksi kerupuk trowolo dan gatot sejak tahun 1994 silam.

Usaha produksi kedua camilan jadul ini terus berkembang. Meski sudah memproduksi selama 30 tahun, rasa kedua camilan buatan pasangan suami istri (pasutri) ini tentu tidak perlu diragukan lagi.

Selama proses pembuatannya, kerupuk yang terbuat dari bahan baku singkong ini tidak dicampur bahan tambahan yang lain.

"Kerupuk trowolo buatan kami hanya terbuat dari singkong, tidak ada tambahan lain, proses pembuatannya sama kayak membuat gatot. Bedanya hanya di tambah pewarna makanan untuk mempercantik tampilan," terang Sugimin.

Karena tidak ada bahan campuran lain, tentu saja gatot dan kerupuk trowolo ini menjadi camilan yang sehat dan bergizi.

Bersama sang istri Tini, dan ketiga anaknya, serta dibantu satu orang warga sekitar untuk membantu menyokong gerak roda usahanya itu. Kapasitas usahanya cukup lumayan, dalam sehari dia bisa memproduksi 30 gendok gatot (60 lembar). Sedangkan untuk trowolo hanya diproduksi saat ada pesanan.

"Kalau harga dari camilan jadul ini relatif murah dan terjangkau. Satu gendok gatot harganya Rp.20.000,- kalau untuk trowolo Rp.10.000,- kilogram," kata Sugiman.

Dalam pemasarannya, olahan tradisional yang digeluti Sugiman selama puluhan tahun ini, selain menjangkau beberapa pelanggan. Cemilan tradisional ini juga menjangkau di Pasar Bunder, Sragen Kota, juga sampai keluar Sragen, seperti Jakarta, Lampung, hingga Bengkulu.

Kedua camilan ini disajikan sebagai pelengkap hidangan dan digemari oleh sanak saudara yang berasal dari perantauan.

"Lebaran Idul Fitri atau Idul Adha biasanya meningkat, sampai 50 gendok satu hari, dan trowolo 30 kilogram. Banyak juga yang datang langsung membeli ke sini," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: