Parah Ini, Ratusan Hektare Padi di Kabupaten Tegal Terancam Puso
PINTU AIR - Sejumlah petani dan dinas terkait saat membuka pintu air Waduk Cacaban di Kecamatan Kedungbanteng bersama Dewi Aryani. Foto : Yeri Noveli/Radar Slawi --
DISWAYJATENG, SLAWI - Dampak El Nino, ratusan hektare tanaman padi di Kabupaten Tegal terancam gagal panen atau puso. Utamanya lahan pertanian yang mengandalkan aliran air dari Waduk Cacaban yang berada di Kecamatan Kedungbanteng, Pangkah, Tarub, Suradadi dan Kramat.
Karena saat ini, debit air di waduk tersebut sudah menyusut menjadi 7,3 juta meter kubik yang sebelumnya berkapasitas mencapai 45 juta meter kubik.
Waras Sugiarto, 53, anggota Kelompok Tani Desa Karangmalang, Kecamatan Kedungbanteng mengeluh karena sejak 23 Agustus 2023. Aliran air untuk lahan pertanian terpaksa harus berbagi dengan wilayah lain.
Praktis, tanaman padi di sekitar Kecamatan Kedungbanteng, Pangkah hingga Suradadi terancam puso.
"Total ada sekitar 450 hektare lahan pertanian yang terancam puso. Mulai dari Karangmalang, Tonggara hingga Harjosari," kata Waras saat mengadu ke Anggota DPR RI Dewi Aryani di lahan pertanian Karangmalang.
Waras mengeluh, sejak sepekan terakhir, lahannya yang ditanami padi kekurangan air. Hal itu lantaran tidak ada suplai air dari Waduk Cacaban. Sehingga para petani bingung harus mencari air kemana.
"Pintu waduk ditutup pada 23 Agustus. Kami kesulitan karena tidak ada sumber air lain lagi," ucapnya.
Penanggung jawab pengelola debit air Waduk Cacaban Samad mengatakan, Waduk Cacaban mengaliri lahan pertanian seluas 7.000 hektare di 5 kecamatan.
Mulai dari Kedungbanteng, Tarub, Kramat, Suradadi, dan Kecamatan Pangkah. Di lima kecamatan itu, yang ditanami padi sekitar 5.000 hektare. Menurut Samad, debit air Waduk Cacaban baru turun drastis di tahun ini.
"Debir air menurun baru kali ini karena dampak El Nino. Biasanya ada hujan sumber air lancar," kata Samad.
Beruntung, lanjut Samad, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana selaku pengelola Waduk Cacaban memberikan tambahan suplai air 1.000 liter per detik hingga dua pekan ke depan.
Tambahan itu, setelah anggota DPR RI Dewi Aryani meninjau langsung kondisi pertanian dan melaporkan langsung kepada Kepala BBWS Harya Muldianto melalui panggilan video.
Dalam perbincangan langsung di hadapan petani, Harya menyebut dengan sisa air 7,3 juta meter kubik di Waduk Cacaban tidak bisa seluruhnya dialirkan untuk lahan pertanian di desa itu.
"Karena masuk musim kemarau, dan sekarang kondisi El Nino, kami diperintah Pak Menteri untuk hemat air. Dan batasan minimalnya harus ada 7 juta meter kubik," kata Harya melalui panggilan video di hadapan petani yang turut disaksikan para wartawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jateng.disway.id