Jalan-jalan ke Mbeteng Sata Temanggung, Wisata Sejarah Berbalut Keindahan Alam

Jalan-jalan ke Mbeteng Sata Temanggung, Wisata Sejarah Berbalut Keindahan Alam

Mbeteng Sata yang terletak di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung ini merupakan salah satu alternatif destinasi wisata alam baru yang menyuguhkan panorama nan memanjakan mata. (foto: rizal ifan/temanggung ekspres)--

TEMANGGUNG, (DiswayJateng)- Potensi wisata di Kabupaten Temanggung tak usah diragukan lagi. Salah satu wisata yang panorama alam yang layak Anda kunjungi adalah Mbeteng Sata.

Lokasi wisata sejarah dan budaya di lokasi pegunungan ini menjadi primadona wisawatan yang ingin mendapatkan ketenangan. Di sini selain bisa merasakan udara bersih yang bisa mereleksasi pikiran juga memanjakan mata.

Mbeteng Sata terletak di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung Jateng. Dari pusat perkotaan Temanggung, desa ini berjarak sekitar 40 kilometer dan dapat ditempuh dengan kisaran waktu sekitar 45 sampai 60 menit. 

Rasa lelah menyusuri jalan berkelok seakan lenyap apabila kita sampai di lokasi tersebut. Betapa tidak, sejauh mata memandang hanya hamparan perbukitan bak permadani hijau yang terlihat. Sangat layak apabila kita sebut sebagai salah satu serpihan surga yang jatuh ke dunia.

Manajer Wisata Mbeteng Sata, Mursalim (42) mengungkapkan, tempat ini merupakan salah satu saksi sejarah karena digunakan sebagai lokasi pengungsian bagi warga setempat saat terjadinya peperangan penumpasan DI/TII puluhan tahun silam.

“Dahulu warga Desa Campurejo dan sekitarnya menjadikan tanah ini sebagai lokasi pengungsian saat era penumpasan DI/TII. Bentuknya juga dulu memang seperti benteng yang terbuat dari gundukan tanah untuk tujuan keselamatan pengungsi itu sendiri,” jelasnya.

Namun demikian, seiring waktu berjalan, imbuhnya, gundukan tanah tersebut terkikis dan hanya menyisakan lahan datang yang kosong. Atas dasar itulah, Pemdes setempat berinisiasi untuk kembali membangun bangunan serupa benteng dengan fungsi berbeda.

Tak hanya sebagai cara mengenang atas nilai historis yang ada, namun juga memanfaatkannya menjadi destinasi wisata mengingat penampang alamnya yang luar biasa indah.

Mulai dibangun kembali sejak 4 tahun belakangan, kini Mbeteng Sata menjelma menjadi bangunan yang cukup megah penuh nilai artistis menyerupai benteng-benteng pertahanan era Romawi Kuno kendati memang prosesnya belum rampung seratus persen.

“Pemdes hanya berusaha memulihkan kembali lokasi bersejarah itu dengan membangun benteng baru sejak empat tahun terakhir dan belum selesai sampai sekarang. Bentuknya memang sangat artistik karena selain untuk wisata juga sebagai lokasi monumental bagi warga kami,” imbuhnya.

Dibangun di atas lahan seluas 35×30 meter persegi, wisatawan yang datang akan disuguhkan sebuah atraksi panorama keindahan alam berupa menyaksikan sedikitnya 11 puncak gunung dan perbukitan dari satu titik. Antara lain Gunung Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu, Sigandul, Andong, Prau, Ungaran, dan lain sebagainya.

Semuanya dapat dilihat dari satu titik saja, yakni bangunan Mbeteng Sata saat cuaca cerah. Belum lagi keindahan sunrise atau matahari terbit yang memendarkan warna jingga di hamparan langit saat pagi hari. Tak puas sampai di situ, saat malam hari wisatawan juga menyaksikan kilauan cahaya termasuk pesisir laut Weleri, Kabupaten Kendal lengkap dengan cahaya-cahaya kapal yang lalu lalang maupun tengah bersandar.

“Yang paling menarik adalah panorama alam mulai sunrise di pagi hari, puncak-puncak gunung saat cuaca cerah, hingga kemerlap lampu kota Temanggung dan pelabuhan hingga cahaya kapal di Weleri Kendal. Jadi wisatawan bisa lihat gunung dan laut dari Mbeteng Sata ini,” urainya.

Tidak hanya wisatawan lokal saja yang kerap datang berkunjung, namun Mursalim juga mengaku pernah suatu ketika datang wisatawan mancanegara asal Perancis yang mengaku takjub dengan suguhan alam saat sunrise yang muncul dari balik gunung antara Merapi dan Merbabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres