Jembatan Galuh di Wonosobo Putus, Enam Warga Terpelanting, Satu Tewas

Jembatan Galuh di Wonosobo Putus, Enam Warga Terpelanting, Satu Tewas

TKP : Polres wonosobo melakukan olah TKP di lokasi jembatan bambu yang ambrol dan mengakibatkan 1 orang meninggal dan 5 lainnya luka luka (ISTIMEWA) --

WONOSOBO, (DiswayJateng)–Sebuah jembatan bambu di atas Sungai Galuh, Sindupaten Kalikajar, Desa Sindupaten, Kecamatan Kertek, Kabupaten WONOSOBO mendadak terputus. Enam warga yang tengah melintas pun jatuh terpelanting hingga menyebabkan satu orang tewas.

Putusnya jembatan bambu terjadi pada pukul 14.30 WIB, kemarin (5/6). Saat itu arus sungai begitu deras. Sementara kondisi jembatan sudah mulai lapuk hingga tak kuat menahan air. Jembatan bambu pun ambrol.

Saat kejadian ada 6 perempuan buruh tani asal Dusun Gentan Kalikajar yang pulang menjadi buruh tani di Dusun Klilin Sindupaten Kertek. 

"Memang benar, ada 6 orang perempuan yang terjatuh ke Sungai Galuh menyusul jembatan bambu yang mereka lalui ambrol, 1 orang meninggal dunia dan 5 lainnya mengalami luka,” ungkap Kasi Humas Polres Wonosobo AKP Slamet Prihatin dikutip dari radarbanyumas co.id

“Sewaktu para korban melintas di jembatan bambu di atas Sungai Galuh tinggi lebih kurang 8 meter panjang 15 meter, tiba-tiba jembatan tersebut patah. Lima orang berhasil menyelamatkan diri, sementara 1 korban terbawa arus. Korban selamat kemudian minta tolong dan dibantu warga sekitar,” katanya.

Masyarakat bersama dengan aparat dan relawan lalu menjadi korban yang terbawa arus tersebut. Korban ditemukan meninggal dunia tersangkut di bambu pinggir sungai Dusun Ponggoyudan Desa Sindupaten Kecamatan Kertek atau sekitar satu kilometer dari tempat kejadian perkara. “Korban yang diketahui bernama Sutiyem (56) kemudian dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Wonosobo dan dinyatakan sudah MD. 

Sementara itu, Kepala BPBD Wonosobo, Bambang Triyono mengatakan, tim BPBD, SAR dan relawan telah membantu melakukan pencarian dan evakuasi terhadap korban yang terbawa arus Sungai Galuh Kalikajar. “Kami meminta warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi cuaca ekstrim belakangan ini, sebab ambruknya jembatan bambu itu tidak lepas dari terpaan hujan dan meningkatkan debit Sungai Galuh,” katanya.

Diakui, cuaca buruk yang ditandai dengan tingginya curah hujan dengan durasi cukup lama disertai angin dan petir, diprediksi masih akan terjadi hingga di akhir bulan juni 2022 mendatang. Pihaknya akan terus memberikan informasi kepada masyarakat terkait kondisi cuaca secara harian. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbanyumas.co.id