Puluhan Mahasiswa Gelar Aksi Solidaritas untuk Dosen Untag, Nyalakan Seribu Lilin

Puluhan Mahasiswa Gelar Aksi Solidaritas untuk Dosen Untag, Nyalakan Seribu Lilin

Aksi seribu lilin mengenang tujuh hari meninggalnya dosen Levi yang digelar civitas akademika Untag Semarang di Lapangan Futsal Untag Bendan Dhuwur, Kota Semarang, Senin (24/11/2025) malam. --

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Untag menggelar aksi solidaritas untuk dosen Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Dwinanda Linchia Levi. Aksi keprihatinan ini dilaksanakan genap tujuh hari sejak meninggalnya dosen Levi, di Lapangan Futsal Untag Bendan Dhuwur, Kota Semarang, Senin (24/11/2025) malam.

Dalam aksi itu, mahasiswa membentangkan poster bertuliskan Justice for Levi, lengkap dengan foto almarhum dan deretan lilin sebagai simbol duka serta tuntutan keadilan. Aksi solidaritas bertajuk “Seribu Lilin” ini digelar setelah melakukan audiensi dengan dekanat pekan ini.

Dosen dan mahasiswa tampak bersatu dalam aksi tersebut. Mereka bergantian berorasi, menyerukan agar kepolisian segera mengungkap penyebab kematian dosen hukum pidana itu secara terang benderang. Seperti diketahui, Almarhum Levi, 35, ditemukan meninggal tanpa busana di sebuah kostel kawasan Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11/2025).

Aksi solidaritas ini ditutup dengan doa bersama, penaburan bunga, dan penyalaan lilin di atas foto DLL yang ditempatkan di meja berlatar tulisan Justice for Levi.

Wakil Rektor III Untag Semarang, Harsoyo, meminta agar kasus kematian Levi tidak ditutup-tutupi oleh pihak mana pun. Ia menegaskan bahwa pada era reformasi, sangat tidak wajar jika ada kasus yang ditutup demi kepentingan tertentu.

“Kasus ini jangan sampai ditutup-tutupi,” tegas Harsoyo.

Harsoyo menambahkan, dorongan dari mahasiswa dan tim advokasi kampus membuat pihak rektorat berkomitmen terus mengawal penyidikan dan memastikan prosesnya berjalan transparan. Harsoyo juga membantah adanya intervensi dari kepolisian terhadap kampus.

Menurutnya, tim advokasi Untag akan meminta agar kasus ini dibuka sejelas-jelasnya. Dengan dukungan mahasiswa yang mendorong aparat, pihaknya berharap kasus ini segera terselesaikan tanpa ada yang ditutupi.

Presiden BEM Untag, Bintang Laksamana Arsyad, menegaskan bahwa mahasiswa akan terus mengawal pengungkapan kasus hingga tuntas. Ia menyebut masih terdapat sejumlah kejanggalan yang dirasakan mahasiswa.

“Kalau terbukti lalai atau terjadi culpa, itu tetap pidana. Kami menuntut agar pihak berwajib bertindak tegas. Tidak cukup hanya BPTDH atau mutasi. Hukuman itu tidak memuaskan,” kata Bintang.

Bintang juga mendesak rektorat dan dekanat sebagai tim advokasi kampus untuk konsisten mengawal penyidikan tanpa harus terus-menerus didesak mahasiswa. Menurutnya, ketertutupan informasi justru menimbulkan kecurigaan.

“Kejanggalan muncul karena ada hal-hal yang ditutup-tutupi. Kalau memang tidak janggal, buka saja seterang-terangnya. Meski ada unsur privasi, dalam situasi darurat seperti ini apakah masih harus disembunyikan?” ujarnya.(umda)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: