Festival Waisak Anak 2025 di Semarang, 250 Peserta Ramaikan Lomba Seni dan Budaya Buddhis

Festival Waisak Anak 2025 di Semarang, 250 Peserta Ramaikan Lomba Seni dan Budaya Buddhis

Lomba tari kreasi pada Festival Waisak Anak di The Park Mall Semarang.--Wahyu Sulistiyawan

SEMARANG, diswayjateng.id - Sebanyak 250 anak dari berbagai daerah tampak fokus mengikuti lomba pada festival Waisak Anak yang diselenggarakaan di Atrium The Park Semarang.

Kegitan ini merupakan rangkaian dari perayaan Trisuci Waisak 2569 BE/2025 yang diselenggarakan Yayasan Buddhis Jateng. 

Berbagai perlombaan seperti mewarnai, story telling, menyanyi, tari kreasi dan fashion show ini selain untuk meningkatkan bakat sang anak juga mengenalkan ajaran sang Buddha kepada mereka.

"Tujuan acara ini untuk merayakan Waisak itu sendiri, kemudian mengenalkan ke anak-anak,  dan juga mengenalkan bahwa anak Buddhis tu banyak, nggak hanya sedikit, jadi mereka bisa kenal dari berbagai daerah," ujar Ketua Panitia Festival Waisak Anak Yeni Oktasari, Minggu 18 Mei 2025.

BACA JUGA:Perayaan Tri Suci Waisak di Vihara Tanah Putih Semarang, Simbol Persatuan Umat Beragama

BACA JUGA:Meriah, Pawai Waisak dari Candi Mendut ke Borobudur

Lebih lanjut, ia menambahkan Festival Waisak ini diikuti dari berbagai daerah se Jateng-DIY. "Peserta sendiri dari berbagai daerah Jateng dan DIY,  tapi yang paling banyak dari Jateng yaitu Temanggung, Solo, Salatiga, Juana Pati, Sumowono," tambahnya.

Yeni menuturkan, peserta yang hadir pada acara ini merupakan siswa dan siswi dari Sekolah Minggu Buddhis dari Paud hingga SMP.

"Jumlah total peserta semua ada 250, dari jenjang paud hingga smp," tuturnya.

Acara tersebut juga dihadir dari beberapa tokoh seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Pelita Semarang (Persaudaraan Lintas Agama), kemudian dari tokoh-tokoh lintas agama seperti dari Gereja Katolik.

Menariknya, lomba mewarnai yang diselenggarakan, panitia memilih gambar kura-kura berjubah biksu.

Menurut Yeni, Kura-kura dalam legenda Buddha sering diidentikkan dengan kesabaran, ketangguhan dalam menghadapi tantangan, serta perlindungan diri karena membawa rumah di punggungnya.

"Kebetulan maskot kita tahun ini kura-kura ya, kura-kura juga punya makna yang sangat dalam untuk kami di Budha. Jadi kami pilih gambar kura-kura dengan jubah biksu untuk menyampaikan pesan itu pada anak-anak," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: