Peringati Hari Tari Dunia, 200 Penari Angkat Seni Kerakyatan ke Tingkat Internasional di Rumah Budaya Unnes

"Dengan kegiatan ini, diharapkan bisa mengangkat kesenian kerakyatan ke Internasional, dengan saling berkolaborasi antara perguruan tinggi yang bisa mengayomi paguyuban-paguyuban yang ada di wilayah Jateng," jelas Eny.

Diujung tribun penonton, terlihat seorang wanita yang nampak fokus memperhatikan semua gerak-gerik penari yang tampil diatas panggung. 

Wardani Trihandini (24) seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang ini sangat tertarik dengan kesenian tradisional yang ada di Jateng.

Wanita yang mengenakan kaos hitam ini mengaku pernah mengikuti paguyuban kesenian Topeng Ireng Boyolali.

"Suka dengan kesenian tari tradisional, apalagi dulu pernah bergabung di paguyuban Topeng Ireng Boyolali saat tinggal di rumah nenek," ujarnya.

Ia sengaja datang jauh-jauh dari Krapyak bersama rekannya hanya untuk melihat hari tari dunia di Unnes.

"Kesini memang sengaja datang untuk melihat, sekaligus nostalgia saat bergabung di Topeng Iteng," ungkapnya.

Ia menceritakan, di Boyolali setiap desa memiliki paguyuban kesenian tradisional. "Dulu setiap desa pasti punya paguyuban kesenia, dan itu seru kalau semua kumpul dilapangan," terangnya.

Dengan semakin majunya perkembangan, wanita yang akrab disapa Dini ini mengaku prihati dengan generasi muda yang tidak suka dengan kesenian tradisional.

"Kalau anak-anak sekarang minat kesenian tradisinal sangat berkurang, banyak yang selalu punya pemikiran kesenian jadul," bebernya.

Sejak duduk dibangku kuliah, keahlian Dian di bidang menari justru tidak dilanjutkan, namun lebih mengembangkan seni tarik suara di kampusnya.

"Tidak ikut ukm tari, malah justru ikut ukm tarik suara di paduan suara." paparnya. 

Sumber: