Miskin Branding, Faelasufa Temukan Kopi Khas Batang Dijual atas Nama Daerah Lain
Ketua TP PKK Kabupaten Batang Faelasufa Faiz Kurniawan saat mengecek kopi asli Batang--IST
Kepala Dispaperta Batang, Sutadi, menyampaikan bahwa selama ini pembinaan memang sudah berjalan, tapi ke depan akan lebih difokuskan ke tahap pascapanen.
“Nanti kita prioritaskan kopi yang punya potensi besar, supaya hasil panennya maksimal dan siap ekspor,” jelasnya.
BACA JUGA:Kemenkum Jateng Awasi Kualitas Indikasi Geografis Kopi Arabika Merapi Merbabu Magelang
BACA JUGA:Kontes Kopi Batang, Ketua TP PKK Ikut Cicipi Arabika Lokal yang Berpotensi Pasar Nasional
Langkah ini dinilai penting karena selama ini petani masih menjual hasil panennya sendiri-sendiri, tanpa mekanisme kolektif yang kuat.
Menurut perwakilan Batang Coffee, Ma’ruf, saat ini ada sekitar 3.000 petani kopi yang menghasilkan 2.000 ton kopi per tahun, tapi mayoritas dijual langsung ke produsen dari Temanggung.
“Lebih dari 50 persen kopi kami diambil Temanggung, karena petani menjualnya secara mandiri,” ujar dia dengan nada getir.
Padahal, jika dikelola dengan benar dan branding diarahkan ke Batang, nilai tambah bisa dirasakan langsung oleh para petani. Ironisnya, saat kualitas dan kuantitas sudah terbentuk, petani justru harus berpacu dengan pencuri kopi.
BACA JUGA:Didominasi Pasar Lokal, Serapan Kopi Wonosobo Capai 100 Ton per Tahun
Ma’ruf menyebut, pihaknya sampai menyewa penjaga kebun karena pencurian marak menjelang panen. “Kami ini bukan cuma melawan harga pasar, tapi juga maling,” keluhnya.
Ia berharap Pemda lebih hadir dalam pembinaan dan keamanan, agar petani merasa dihargai dan hasil jerih payahnya tak dicuri.
Kini, dengan sinergi TP PKK, Pemda, dan pelaku industri seperti Java Kirana, harapan untuk mengangkat pamor kopi khas Batang kian terbuka.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
