Saat ini, TPST mampu menampung 3 ton sampah per hari.
Targetnya? Minimal 6 ton, bahkan bisa tembus 10 ton jika perluasan layanan berjalan lancar dan jumlah nasabah bertambah.
Sri Budi Santoso, Kepala DLH Kota Pekalongan, menyebut TPST ini sebagai 'penyelamat darurat sampah'.
Menurutnya, kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Kemitraan Indonesia, sangat krusial di tengah meningkatnya volume sampah di kota batik ini.
"Kami mendukung penuh perluasan layanan agar masyarakat bisa memanfaatkannya dengan optimal," ujarnya.
Tenaga operasional TPST saat ini terdiri dari 20 personel pengelola dan pemilah, 5 KSM, serta satu penjaga malam.
Meski alat dan fasilitasnya masih mengandalkan yang ada, semangat kerja mereka tak kalah dari proyek besar lain.
Kalau ekspansi ini sukses dan permintaan meningkat, DLH bahkan siap menambah armada dan perlengkapan baru.
"Kami harap sistem pengelolaan sampah akan lebih efektif dan berdampak langsung pada kualitas lingkungan kota," tambah SBS.
Langkah ekspansi TPST Mitra Brayan Resik ini bukan sekadar memperluas layanan, tapi membuka babak baru dalam budaya pengelolaan sampah di Pekalongan.
Dengan sistem yang makin terintegrasi dan partisipasi warga yang semakin sadar, bukan tak mungkin kota ini bisa jadi percontohan nasional.