PWI LS Desak Aparat Keamanan Melakukan Proses Hukum, Buntut Bentrokan PWI LS dengan FPI
MENYAMPAIKAN - Sekjen PWI LS Pusat Ken I Pramendra didampingi Ketua PD PWL LS Kabupaten Pemalang menyampaikan kronologi bentroknya Anggota PWI LS dengan FPI.Foto: Agus Pratikno/diswayjateng.id --
PEMALANG, diswayjateng.id - Pengurus Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS). mendesak kepada pihak keamanan untuk memproses secara hukum kejadian memilukan Pegundan berdarah, terjadinya bentrok antara Anggota PWI LS dengan anggota Front Persaudaraan Islam (FPI) di acara pengajian di Desa Pegundan. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PWI LS Pusat Ken I Pramendra dalam jumpa pres yang dilaksanakan di sebuah gedung.
Ken I Pramendra yang didampingi Ketua Pimpinan Daerah (PD) PWI LS Kabupaten Pemalang Wahyudin dan Kordinator Komunikasi Antar Wilayah dan Kebudayaan PWI LS Andi Rustono sebelumnya menyampaikan kronologis awal sebelum terjadi bentrokan.
Menurutnya, PWI LS telah melakukan upaya untuk melakukan pencegahan agar dalam pengajian itu tidak menghadirkan Habib Rizieq Sihab (HRS) mengingat dalam ceramahnya sering melakukan provokasi dan pemecah belah bangsa. Sehingga upaya yang dilakukan untuk membentengi generasi anak bangsa dari provokasi yang semacam itu.
Namun upaya yang dilakukan dengan jajaran pihak keamanan untuk melakukan pencegahan, baik ke Polda, Polres Pemalang termasuk dengan Bupati Pemalang, hasilnya nihil. Bahkan yang sangat disayangkan jajaran Forkopimda justru bersama dengan HRS di atas panggung.
BACA JUGA:Hari Ini Habib Rizieq Bebas Bersyarat
BACA JUGA:Habib Rizieq Hari Ini Bebas Keluar Penjara, Kuasa Hukum: Insyaallah, Mohon Doanya
Terkait dengan kejadian bentrok yang banyak korban, pihaknya tidak bisa menerima bahwa preming yang dibuat oleh pihak FPI seolah-olah dari Anggota PWI LS yang membawa senjata tajam, oleh karena itu Ken atas nama pengurus PWI LS justru akan membuat freming terbalik, karena freming itu adalah fiktif bahkan telah membalikkan fakta. Pihaknya akan membuktikan fakta yang sebenarnya ada video dan dokumen foto lainya.
Karena telah diintruksi anggota PWI LS itu dilarang atau tidak boleh membawa senjata tajam. Bahkan bisa dibuktikan tidak satupun foto atau video dari anggota PWI LS yang membawa senjata tajam. Sedangkan dari anggota PWI LS hanya bawa tongkat untuk perlindungan.
Saat akan melakukan negosiasi dan bergerak maju, tiba-tiba ada pelemparan batu besar, sehingga menimbulkan korban. Kemudian melakukan perlawanan dan dari pihak anggota FPI ada yang membawa senjata tajam baru parang dan celurit. Akibatnya ada korban bahkan dari anggota PWI LS masih ada yang dirawat di ICU salah satu rumah. Bekas lukanya akibat senjata tajam dan batu. Kondisi masih di ICU dalam keadaan koma. Bahkan ada yang mengalami luka cacat permanen. Karena matanya tercungkil.
"Sehingga bagaimana bengisnya. Tanpa belas kasihan tanpa kemanusiaan terhadap sesama anak bangsa. Bahkan hingga mengakibatkan pertumpahan darah," katanya.
BACA JUGA:Pengacara Habib Rizieq Buka Suara Terkait Penangkapan Pimpinan Khilafatul Muslimim
Ketua PD PWI LS Kabupaten Pemalang Wahyudin menambahkan jajaran pengurus pusat PWI LS akan melakukan langkah-langkah hukum, dengan bukti-bukti akurat dan jelas. Karena di pihak PWI LS mengalami korban yang cukup banyak bahkan dari anggota kepolisian juga ada. Maka kejadian ini yang sangat disayangkan.
Kordinator Komunikasi Antar Wilayah dan Kebudayaan PWI LS Andi Rustono menjelaskan bahwasanya PWI LS itu melakukan aksi damai tanpa sajam.. Sebagai cermin kedaerahan dan kewalisongoan sesuai fakta yang terjadi dan di lapangan. Namun pihak FPI justru menyerang dengan menggunakan batu. Tidak hanya itu FPI juga menggunakan senjata tajam berupa parang dan clurit.
Melihat kejadian bentrok yang mengakibatkan banyak korban, Andi Rustono sangat menyayangkan Forkompinda tidak netral bahkan melakukan pembiaran dengan sengaja, sehingga perlu diproses secara hukum. Karena FPI dengan keji dan sadis membacok sampai tercungkil mata korban dengan menggunakan clurit tanpa ada rasa kemanusiaan.
"Maka kejadian itu sebagai bukti hasil doktrin dan hasutan untuk mencetak manusia-manusia buas dan kejam. Lalu apakah negara akan membiarkannya dan terus mencetak manusia- kejam seperti itu,'tandasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
